selamat datang di blogku!!!!!


Minggu, 19 Juni 2011

motivasi(http://motivasibeasiswa.org/page/2/)

1. Ini bukan sukses story, perjalanan ini baru saja dimulai dan saya berharap diakhir nanti akan menjadi sebuah sukses story dalam kehidupan saya. Perkenalkan nama Saya Herlina Jayadianti, saya bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogjakarta, sampai saat ini saya masih belajar sebagai mahasiswa S3 di Universitas Gadjah Mada Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Informatika, dan juga mahasiswa PhD di Universiade do Minho Portugal di Departemen Sistem Informasi (Departemento Sistemas da Informacao). Portugal??? Ya dengan bangga saya menyebut nama negara ini.

Kisah ini dimulai bulan 27 Januari 2010, saat itu saya duduk sebagai mahasiswa S3 semester 4 di Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta. Hari itu saya dan teman-teman pascasarjana mendapatkan undangan dari Dekan Fakultas Teknik untuk menghadiri pengarahan dan penjelasan beasiswa Erasmus Mundus. Isi dari acara hari itu adalah mengajak kami semua untuk mencoba mendaftar dan berkompetisi dalam mendapatkan beasiswa ini. Hampir semua dari kami sangat tertarik namun pendaftaran online ditutup 31 Januari 2010 kami hanya punya waktu 4 hari!!! dan persyaratan yang harus dipenuhi sangat banyak…tak ada kata menyerah, harus dicoba.

Singkat cerita, beasiswa Erasmus Mundus adalah bantuan hibah yang bertujuan untuk mendorong dan membuka kesempatan kepada mahaiswa yang memenuhi syarat dari negara-negara non eropa untuk mengikuti Program-program Erasmus Mundus tertentu di Eropa dalam jangka waktu 1-2 tahun. Beasiswa Erasmus Mundus ada banyak macamnya, Nah kebetulan yang saya ikuti ini adalah beasiswa Erasmus Mundus EuroAsia.

Erasmus Mundus EuroAsia ini melibatkan universitas-universitas di Asia yakni Universitas Gadjah Mada-Indonesia, Asian Institute of Technology-Thailand, National University of Laos-Laos, Institut de Technologie du Cambodge –Kamboja, Ho Chi Minh City University of Technology- Viet Nam untuk menempuh pendidikan di beberapa universitas
di Eropa yakni University of Borås – Swedia, Politecnico di Torino-Italy, Universidad de Alcalá-Spanyol, Universidade do Minho-Portugal, Chalmers University of Technology-Swedia, dan Université de Savoie-Perancis.

Tidak hanya Erasmus Mundus EuroAsia, namun ada pula beasiswa Emundus 18, Emundus 17, Emundus 15, yang khusus diperuntukkan untuk mahasiswa dari Brasil, Paraguai, Uruguai, Bolivia, Argentina, Peru, dan masih banyak Negara lainnya. Hal inilah yang menjadikan salah satu motivasi bagi saya dalam mengikuti program beasiswa Erasmus Mundus ini, yang pertama adalah Benua Eropa yang terkenal dengan sebagai pusat keunggulan ilmu di dunia, dan kedua adalah program ini diikuti oleh mahasiswa dari seluruh dunia. Tentunya program beasiswa ini sangat menarik, dan keinginan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman, itu adalah harapan terbesar saya.

Saya menyadari persaingan sangat ketat dan tidak mudah untuk menjadi salah satu penerima beasiswa ini, maka dengan semangat “nothing to loose” saya mencoba melengkapi semua persyaratan tersebut, mulai dari sertifikat toefl dengan batasan skor tertentu, bukti-bukti sertifikat keahlian, piagam prestasi yang pernah diraih, ijasah s1 dan
s2, transkrip nilai, KTP, Proposal disertasi, rekomendasi supervisor, motivasi diri, CV dengan format eropa (yang dapat di download melalui internet), dinyatakan lulus ujian proposal dan ujian komprehensif,
berstatus promovendus (Phd Candidate), dan masih banyak persyaratan
lainnya.

Pada saat itu jujur keinginan saya adalah mencoba, tidak berharap diterima, bahkan takut untuk diterima. Loh?? Sungguh aneh kedengarannya, mengapa mencoba kalau tidak ingin diterima? Tapi posisi saya pada saat itu cukup berat, saya adalah seorang ibu muda dengan bayi berumur 1.5 tahun, diantara semangat untuk ikut mendaftar beasiswa dan melanjutkan studi lanjut ke luar negeri, dan rasa sayang yang demikian besar pada sang buah hati tentu hal ini bukan keputusan yang mudah. Saya berdoa yang terbaik, apapun hasilnya itulah jawaban terbaik dari Allah.

Doa saya terjawab tanggal 5 April 2010 tepat dihari ulang tahun ibu saya tercinta , saya diterima di Jurusan Sistem Informasi Universidade do Minho Portugal sebagai mahasiswa exchange selama 2 tahun!! Ya Allah sanggupkah saya meninggalkan bayi saya selama jangka waktu itu? Apa saya batalkan saja beasiswa ini? Namun ternyata dukungan suami
tercinta yang berprofesi sebagai Geologist di salah satu pertambangan di Indonesia, juga dukungan orang tua terutama ibu saya yang sanggup menjaga Alif selama saya sekolah, membuat hati ini lebih ringan mengambil keputusan, ini pasti yang terbaik menurut Allah..Bismillah..:).

Proses pengurusan visa dan segala dokumen selesai sudah, Agustus 2010 tanggal 27 bertepatan dengan Ulang tahun saya, saya meninggalkan Jogjakarta, meninggalkan Alif dan keluarga tercinta. Keputusan ini sungguh berat bisa dibayangkan dalam perjalanan panjang itu tidak berhentinya air mata ini mengalir, saya terus berdoa semoga ini yang
terbaik menurut Allah. Hampir setengah lingkaran bumi perjalanan panjang ini saya tempuh menuju Portugal, sebuah kota di barat daya Eropa, yang bersebelahan dengan Spanyol. Dulu yang saya tau tentang Portugal hanya Christiano Ronaldo, namun kini saya tau bahwa ada Universidade do Minho yang merupakan salah satu dari sekian banyak universitas terbaik di Eropa. Dulu yang saya tau tentang Portugal hanya karena mereka pernah “menjajah” Indonesia, tapi kini saya tau mereka sangat ramah dan baik hati. Menjadi bagian Negara ini juga universitas ini membuat saya bangga. Tidak hanya itu banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan disini, banyak sekali.

Enam bulan sudah saya disini, saya sudah mulai bisa menikmati hari-hari sibuk di kampus, bertemu dengan teman-teman Erasmus dari segala penjuru dunia, berinteraksi dengan masyarakat disini yang mayoritas katolik, serta mulai bisa menyesuaikan diri dengan bahasa dan budaya yang jauh berbeda. Saya mencintai Portugal sebagai Negara
kedua saya. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, keramahan tamahan dan keindonesiaan saya disini berbalas dengan keramah tamahan penduduk Portugal..tidak sungkan mereka memberi bantuan apapun, dan tidak terhitung pula buah-buahan, makanan, bunga, ikan sampai naik taksi gratis pernah saya rasakan disini, Subhanallah.

Sekali lagi ini bukan sebuah sukses story, cerita ini baru saja dimulai dan saya berharap cerita ini berakhir dengan indah InsyaAllah. Sedikit hal yang saya dapat bagi disini adalah kita harus punya motivasi yang kuat, berani mencoba, pantang menyerah, jangan takut bersaing, dan apapun keputusan yang diambil Insyaallah mendapatkan Ridho allah. Saya jadi teringat pesan supervisor saya sebelum saya berangkat “akan ada lompatan besar setelah ini”, Insyaallah.

Terkadang rasa sedih pasti terasa bagaimanapun saya seorang ibu,
“Nak kalau umi boleh memilih umi ingin duduk di lantai main bersama
alif bukan duduk di lab seperti ini, Nak kalau umi boleh memilih umi
ingin membacakan cerita Bernard Bear sebelum Alif bobo bukan membaca
paper seperti ini, tapi hidup itu pilihan nak, semoga umi cepet pulang
dan bisa berkumpul kembali”.

Sekali lagi life is choice, banyak sekali kesempatan menghampiri kita, semua berada ditangan kita, mengambil atau tidak kesempatan itu adalah pilihan.

Malam hari, 7 derajat
Guimaraes-Portugal
Herlina Jayadianti, ST, MT (Phd Candidate)
herlinajayadianti@gmail.com

fb : herlina jayadianti

2. Ini bukan sukses story, perjalanan ini baru saja dimulai dan saya berharap diakhir nanti akan menjadi sebuah sukses story dalam kehidupan saya. Perkenalkan nama Saya Herlina Jayadianti, saya bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogjakarta, sampai saat ini saya masih belajar sebagai mahasiswa S3 di Universitas Gadjah Mada Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Informatika, dan juga mahasiswa PhD di Universiade do Minho Portugal di Departemen Sistem Informasi (Departemento Sistemas da Informacao). Portugal??? Ya dengan bangga saya menyebut nama negara ini.

Kisah ini dimulai bulan 27 Januari 2010, saat itu saya duduk sebagai mahasiswa S3 semester 4 di Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta. Hari itu saya dan teman-teman pascasarjana mendapatkan undangan dari Dekan Fakultas Teknik untuk menghadiri pengarahan dan penjelasan beasiswa Erasmus Mundus. Isi dari acara hari itu adalah mengajak kami semua untuk mencoba mendaftar dan berkompetisi dalam mendapatkan beasiswa ini. Hampir semua dari kami sangat tertarik namun pendaftaran online ditutup 31 Januari 2010 kami hanya punya waktu 4 hari!!! dan persyaratan yang harus dipenuhi sangat banyak…tak ada kata menyerah, harus dicoba.

Singkat cerita, beasiswa Erasmus Mundus adalah bantuan hibah yang bertujuan untuk mendorong dan membuka kesempatan kepada mahaiswa yang memenuhi syarat dari negara-negara non eropa untuk mengikuti Program-program Erasmus Mundus tertentu di Eropa dalam jangka waktu 1-2 tahun. Beasiswa Erasmus Mundus ada banyak macamnya, Nah kebetulan yang saya ikuti ini adalah beasiswa Erasmus Mundus EuroAsia.

Erasmus Mundus EuroAsia ini melibatkan universitas-universitas di Asia yakni Universitas Gadjah Mada-Indonesia, Asian Institute of Technology-Thailand, National University of Laos-Laos, Institut de Technologie du Cambodge –Kamboja, Ho Chi Minh City University of Technology- Viet Nam untuk menempuh pendidikan di beberapa universitas
di Eropa yakni University of Borås – Swedia, Politecnico di Torino-Italy, Universidad de Alcalá-Spanyol, Universidade do Minho-Portugal, Chalmers University of Technology-Swedia, dan Université de Savoie-Perancis.

Tidak hanya Erasmus Mundus EuroAsia, namun ada pula beasiswa Emundus 18, Emundus 17, Emundus 15, yang khusus diperuntukkan untuk mahasiswa dari Brasil, Paraguai, Uruguai, Bolivia, Argentina, Peru, dan masih banyak Negara lainnya. Hal inilah yang menjadikan salah satu motivasi bagi saya dalam mengikuti program beasiswa Erasmus Mundus ini, yang pertama adalah Benua Eropa yang terkenal dengan sebagai pusat keunggulan ilmu di dunia, dan kedua adalah program ini diikuti oleh mahasiswa dari seluruh dunia. Tentunya program beasiswa ini sangat menarik, dan keinginan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman, itu adalah harapan terbesar saya.

Saya menyadari persaingan sangat ketat dan tidak mudah untuk menjadi salah satu penerima beasiswa ini, maka dengan semangat “nothing to loose” saya mencoba melengkapi semua persyaratan tersebut, mulai dari sertifikat toefl dengan batasan skor tertentu, bukti-bukti sertifikat keahlian, piagam prestasi yang pernah diraih, ijasah s1 dan
s2, transkrip nilai, KTP, Proposal disertasi, rekomendasi supervisor, motivasi diri, CV dengan format eropa (yang dapat di download melalui internet), dinyatakan lulus ujian proposal dan ujian komprehensif,
berstatus promovendus (Phd Candidate), dan masih banyak persyaratan
lainnya.

Pada saat itu jujur keinginan saya adalah mencoba, tidak berharap diterima, bahkan takut untuk diterima. Loh?? Sungguh aneh kedengarannya, mengapa mencoba kalau tidak ingin diterima? Tapi posisi saya pada saat itu cukup berat, saya adalah seorang ibu muda dengan bayi berumur 1.5 tahun, diantara semangat untuk ikut mendaftar beasiswa dan melanjutkan studi lanjut ke luar negeri, dan rasa sayang yang demikian besar pada sang buah hati tentu hal ini bukan keputusan yang mudah. Saya berdoa yang terbaik, apapun hasilnya itulah jawaban terbaik dari Allah.

Doa saya terjawab tanggal 5 April 2010 tepat dihari ulang tahun ibu saya tercinta , saya diterima di Jurusan Sistem Informasi Universidade do Minho Portugal sebagai mahasiswa exchange selama 2 tahun!! Ya Allah sanggupkah saya meninggalkan bayi saya selama jangka waktu itu? Apa saya batalkan saja beasiswa ini? Namun ternyata dukungan suami
tercinta yang berprofesi sebagai Geologist di salah satu pertambangan di Indonesia, juga dukungan orang tua terutama ibu saya yang sanggup menjaga Alif selama saya sekolah, membuat hati ini lebih ringan mengambil keputusan, ini pasti yang terbaik menurut Allah..Bismillah..:).

Proses pengurusan visa dan segala dokumen selesai sudah, Agustus 2010 tanggal 27 bertepatan dengan Ulang tahun saya, saya meninggalkan Jogjakarta, meninggalkan Alif dan keluarga tercinta. Keputusan ini sungguh berat bisa dibayangkan dalam perjalanan panjang itu tidak berhentinya air mata ini mengalir, saya terus berdoa semoga ini yang
terbaik menurut Allah. Hampir setengah lingkaran bumi perjalanan panjang ini saya tempuh menuju Portugal, sebuah kota di barat daya Eropa, yang bersebelahan dengan Spanyol. Dulu yang saya tau tentang Portugal hanya Christiano Ronaldo, namun kini saya tau bahwa ada Universidade do Minho yang merupakan salah satu dari sekian banyak universitas terbaik di Eropa. Dulu yang saya tau tentang Portugal hanya karena mereka pernah “menjajah” Indonesia, tapi kini saya tau mereka sangat ramah dan baik hati. Menjadi bagian Negara ini juga universitas ini membuat saya bangga. Tidak hanya itu banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan disini, banyak sekali.

Enam bulan sudah saya disini, saya sudah mulai bisa menikmati hari-hari sibuk di kampus, bertemu dengan teman-teman Erasmus dari segala penjuru dunia, berinteraksi dengan masyarakat disini yang mayoritas katolik, serta mulai bisa menyesuaikan diri dengan bahasa dan budaya yang jauh berbeda. Saya mencintai Portugal sebagai Negara
kedua saya. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, keramahan tamahan dan keindonesiaan saya disini berbalas dengan keramah tamahan penduduk Portugal..tidak sungkan mereka memberi bantuan apapun, dan tidak terhitung pula buah-buahan, makanan, bunga, ikan sampai naik taksi gratis pernah saya rasakan disini, Subhanallah.

Sekali lagi ini bukan sebuah sukses story, cerita ini baru saja dimulai dan saya berharap cerita ini berakhir dengan indah InsyaAllah. Sedikit hal yang saya dapat bagi disini adalah kita harus punya motivasi yang kuat, berani mencoba, pantang menyerah, jangan takut bersaing, dan apapun keputusan yang diambil Insyaallah mendapatkan Ridho allah. Saya jadi teringat pesan supervisor saya sebelum saya berangkat “akan ada lompatan besar setelah ini”, Insyaallah.

Terkadang rasa sedih pasti terasa bagaimanapun saya seorang ibu,
“Nak kalau umi boleh memilih umi ingin duduk di lantai main bersama
alif bukan duduk di lab seperti ini, Nak kalau umi boleh memilih umi
ingin membacakan cerita Bernard Bear sebelum Alif bobo bukan membaca
paper seperti ini, tapi hidup itu pilihan nak, semoga umi cepet pulang
dan bisa berkumpul kembali”.

Sekali lagi life is choice, banyak sekali kesempatan menghampiri kita, semua berada ditangan kita, mengambil atau tidak kesempatan itu adalah pilihan.

Malam hari, 7 derajat
Guimaraes-Portugal
Herlina Jayadianti, ST, MT (Phd Candidate)
herlinajayadianti@gmail.com

fb : herlina jayadianti

3. Tulisan ini saya maksudkan sebagai “tahaddust lin nikmah” atau berbagi kenikmatan sehingga saya mohon kepada Allah swt agar dijauhkan dari sifat riya’ dan sombong diri. Judul tersebut saya beri stressing dari Pesantren ke Australia, untuk memberikan snapshot bahwa dari kalangan pesantren yang dikenal sebagai “kaum sarungan” pun sangat bisa untuk berkompetisi untuk mendapatkan beasiswa yang cukup bergengsi. Asal memiliki kemuan yang keras, insyalllah cita-cita akan tergapai, man jada wa jadda. Karena rumus bagi saya untuk mendapatkan beasiswa adalah harus memiliki mimpi sebagaimana telah disampaikan sebagian dari success story orang lain serta terus berdo’a dengan penuh khusnudzhon, atau good thinking kepada Tuhan YME/Allah swt sehingga dari mulai mendapatkan beasiswa, proses penyelesaian, sampai kepada pemanfaatan ilmunya akan dimudahkan dan diberikan keberkahan.

Lewat tulisan singkat ini saya akan secara singkat menggambarkan historisitas beasiswa yang saya dapatkan melalui Australian Government yang sungguh merupakan mimpi saya waktu kuliah S.1. Bisa melanjutkan sekolah ke luar negeri barangkali menjadi sebuah keinginan bagi semua orang. Bagi saya salah satu kunci untuk bisa meraih cita-cita sekali lagi adalah memiliki mimpi atau keinginan. Saya yakin Anda yang membaca tulisan ini sudah masuk dalam daftar yang memiliki keinginan tersebut., meskipun untuk saat ini Anda akan mengatakan “ ah mana mungkin saya ini bisa”. Inilah yang terjadi kepada saya. Ketika saya mendapatkan pengumuman termasuk yang dipanggil dalam short list APS saja rasanya sudah senang sekali, apalagi dikirimi surat yang menyatakan bahwa saya diterima sebagai penerima beasiswa dari sekian banyak kompetitor, meskipun pada akhirnya saya masih harus berjuang meraih IELTS yang bagus di IALF.

Nama lengkap saya Muhammad Adib Abdushomad, biasa dipanggil Adib. Lahir di kota yang memiliki moto sebagai kota ‘Santri’ disamping dikenal juga sebagai produsen pakian ‘Batik’ yakni Pekalongan Jawa Tengah 2 Agustus (30-an tahun yang lalu). Saya dibesarkan dari lingkungan dan keluarga pesantren dari Ibu Hj. Umi Hanik yang merupakan putri dari alm.KH. Nachrowi Hasan pengasuh salah satu pondok tertua di kota Pekalongan yakni Ponpes. Ribatul Muta’allimin (Lebih lanjut baca, Autobiography Kenangan Masa Kecil, Abdushomad, 2010).

Saya bekerja di Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI Jakarta mulai tahun 2003. Saya sekarang sedang menempuh Ph.D di bidang Public Policy and Management di Flinders University. Saya menyelesaikan Master of Education (M.Ed) bidang leadership and management selesai bulan July 2009 dari beasiswa APS (Australian Partnership Scholarship) dan Ph.D dari Endeavour Flinders yang sekarang berganti IPRS (International Postgraduate Scholarship mulai 2010). Saya adalah alumni pesantren yang menyelesaikan sarjana fakulas Syari’ah di IAIN Walisongo Semarang tahun 2000 dan Magister Hukum Islam di lembaga yang sama pada tahun 2003.

Awal beasiswa saya dimulai dari ketika saya melanjutkan pasca sarjana di dalam negeri yakni magister hukum Islam di IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2001. Pada saat yang sama saya juga diterima di Magister Hukum UNDIP Semarang dan UGM namun karena pertimbangan biaya semester yang dua kali lipat dari IAIN, serta belum ada kejelasan format beasiswa, akhirnya saya memilih untuk melanjutkan di lembaga yang sama. Alhamdulilah, waktu itu karena saya nilai ujian masuk saya di IAIN masuk ke dalam lima besar, maka saya mendapatkan beasiswa dari kampus IAIN sampai selesai. Dalam konteks mendapatkan beasiswa dalam negeri ini saya melihat bahwa keinginan kuat serta do’a adalah kunci yang paling utama. Waktu itu saya terinspirasi salah satu dosen saya yang baru saja menyelesaikan studi master degree-nya di IAIN Imam Bonjol Padang yang memiliki pemahaman ke Islaman yang mendalam. Saya melihat pola pemahaman keIslaman yang lebih integrated dan interconnected sangat mungkin harus dilalui salah satunya adalah melalu studi lanjut. Hemat saya apa yang saya dapatkan di S.1 sifatnya umum, bahkan masih sangat dangkal. Dengan niat seperti itulah saya berdo’a kepada Allah swt, semoga saya dimudahkan dalam meraih cita-cita. Alhamdulilah dengan modal uang kurang lebih 150 ribu untuk biaya pendaftaran ke program pascasarjana IAIN Semarang saat itu saya mendapatkan kesempatan studi lanjut sampai selesai April 2003. Di tahun ini pula saya mendapatkan amanah menjadi PNS di Deparatemen Agama (sekarang Kementerian Agama) bagian Direktorat Pendidikan Tinggi Islam setelah lolos seleksi CPNS pada tahun sebelumnya 2002.

Lewat karir baru ini tidak merubah dan menutup diri saya untuk selalu ingin belajar atau study lanjut. Meskipun kenyataan di lapangan kesempatan belajar (studi lanjut) lebih terbuka lebar bagi pada dosen, namun keinginan kuat saya untuk studi lanjut masih membara terlebih ajaran agama saya sangat mendorong seorang muslim untuk terus belajar (uthlubul ilma faridhatun ala kulli muslimin wa muslimatin). Momentum untuk terus studi lanjut setidaknya saya dapatkan ketika kantor memberikan kesempatan kursus bahasa Inggris di tahun 2004 di lembaga bahasa UI serta pada tahun 2005 di IALF Bali selama enam bulan.

Setelah rampung pelatihan bahasa Inggris di IALF Bali saya beranikan diri untuk ikut berkompetisi untuk mendapatkan beasiswa dari ADS dan APS. Alhamdulilah saya termasuk dalam short list dan lolos wawancara. Sehingga pada tahun 2006 saya masuk lagi ke IALF, namun kali ini saya memilih Jakarta untuk program bahasa (IAP) yang selesai pada tahun 2007 (enam bulan). Singkatnya saya diterima di M.Ed (master of Education) Leadership and Management di Flinders Univesity 2007-2009. Selesai pada akhir July 2009 dan mulai studi lanjut untuk Ph.D pada akhir bulan Maret 2010.

Barangkali yang menjadi pertanyaan sebagian teman-teman adalah bagaimana caranya agar bisa mendapatkan beasiswa yang langsung “nyambung” dari M.Ed ke Ph.D tanpa harus menunggu waktu 2 tahun di Indoensia sebagai prasyarat dari pemberi beasiswa sebelumnya yakni APS/ADS. Berikut ini merupakan strategi yang saya lakukan untuk mendapatkan beasiswa Ph. D IPRS Flinders University tanpa harus menunggu dua tahun serta yang lebih penting lagi adalah bagaimana cara mendapatkan beasiswanya.

Pertama, tekad ingin melanjutkan studi yang harus terus dijaga dengan dibarengi ikhtiyar (usaha) mencari informasi beasiswa yang variasinya berbagai macam cara dan prosedur, terumta bertanya kepada yang sedang mendapatkan beasiswa tertentu atau search di google serta kampus masing-masing yang dituju.

Kedua, sebelum saya merampungkan M.Ed pada saat yang sama saya manfaatkan untuk membuat proposal Ph.D pada akhir semester di tahun 2009. Pada bulan mei 2009 saya mendapatkan conditional offer untuk Ph.D dan full offer akan diberikan setelah saya merampungkan master saya dengan average distinction. Catatan dari conditional offer ini memacu saya untuk membuat tesis master yang harus bagus. Alhamduliah saya mendapatkan nilai yang memuaskan, sehingga saya tinggal mencari jenis scholarship yang mau membiayai sekolah Ph.D saya ini. Saya pilih IPRS Flinders University karena mumpung posisi saya masih di Australia sehingga memudahkan saya untuk melengkapi berkas-berkas persyaratan yang diajukan, salah satunya adalah dukungan kuat dari calon supervisor serta melangkapi bukti-bukti publikasi jurnal, buku serta tuisan lainnya baik nasional ataupun international. Saya melihat point kuat untuk IPRS adalah pada bidang ini.

Ketiga, setelah berkas-berkas dilengkapi kita tinggal nunggu dan berdo’a agar Allah swt berikan yang terbaik untuk saya. Alhamdulilah pada tahun 2010 tepatnya tanggal 14 January saya mendapatkan konfirmasi sebagai salah satu penerima beasiswa IPRS. Banyak hal yang harus urus, terutama untuk membuat ‘letter of no objection’ dari pemberi beasiswa sebelumnya (ADS/APS) karena saya belum ada dua tahun tinggal di Indonesia. Meskipun saya sudah dapat beasiswa tapi tidak keluar letter of no objection saya tidak bisa urus visa ke Australia. Oleh karena itu, bagi yang sedang studi di Australia dan berancana studi lanjut, jagalah track record yang baik selama disana dan mestinya dimanapun kita berada (khasuma kunta). Untuk mendapatkan surat ini, kita harus kirimkan dokumen-dokumen pendukung ke Canbera seperti Justification letter untuk Ph.D apa kontribusinya dan kaitannya dengan program sebelumnya, surat pemberi beasiswa, izn belajar dari kantor (rekomendasi). Berkas-berkas ini sebagai dasar untuk dibuatkan perjanjian atau deed of amendment antara saya dengan Commonwealth of Australia yang pada dasarnya membolehkan adanya externally funded post AusAID Scholarship.

Keempat, terus bersyukur dan berdo’a setelah diterima beasiswa sampai semoga nanti dimudahkan dalam merampungkan studinya. Rasanya baru kemarin saya pulang dari Adelaide ke Indonesia dan saya berjumpa dan bersilaturhmi lagi dengan kawan-kawan yang sedang belajar disini. Oleh karena itu bagi saya, ke Adelaide serasa pulang kampung, apalagi saya akan menempati unit yang dulu saya tempati sewaktu kuliah master degree. Ya Allah, semoga kenikmatan yang saya dapatkan ini bisa menular dan melimpah ke teman-teman yang lain, serta mudahkanlah kami yang sedang belajar ini agar dapat menyelesaikan studinya secara baik dan ilmu yang diraih nantinya akan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin. Bagi teman-teman yang ingin bersilaturahmi kepada saya bisa ke face book saya atau email ke abdushomad@gmail.com. Insyallah akan saya sempatkan menjawab pertanyaan yang dimaksudkan semampu saya, kecuali saya sedang dalam posisi research ke Indonesia mulai bulan depan, maka sangat mungkin akan lelet menjawabanya. Al-faqir ila rahmati rabbihi.

Pagi hari. Blackwood to Pasadena, SA
Muhammad Adib Abdushomad, Gja, M.Ag, M.Ed

4. ‘Kesuksesan’ adalah suatu kata yang ampuh dan diimpikan oleh hampir semua orang. Kesuksesan bisa diartikan keberhasilan seseorang untuk menyelesaikan sebuah ‘misi’. Lawan dari ‘kesuksesan’ adalah kegagalan, sehingga sering disampaikan jika ‘kegagalan’ adalah kesuksesan yang tertunda. Bagi saya, setiap orang pasti mengalami masa ‘kesuksesan’ dan ‘kegagalan’, tetapi yang paling berarti adalah bagaimana kita belajar dari kegagalan tersebut untuk menjadi sukses.

Dalam pemikiran saya, manusia sukses itu tidak luput dari campur tangan Yang Maha Kuasa dan kesuksesan itu tidak akan terjadi jika tidak ada usaha (ikhtiar). Seiring dengan waktu, impian dan harapan hidup seseorang pasti akan berubah.Dengan mudah sering kita rasakan jika impian kita hari ini dan hari esok sudah berubah. Akan tetapi saya tetap optimis jika kita memiliki impian yang selalu ada sepanjang waktu (dalam kurun waktu yang cukup lama). Salah satu contoh dari impian tersebut adalah keinginan untuk mendapatkan beasiswa untuk studi ke luar negeri. Telah banyak yang menghubungi saya untuk mendapatkan tips supaya bisa mendapatkan beasiswa ke LN. Alhamdulillah, bagi mereka yang serius, beberapa sudah lolos untuk bisa ke luar negeri.

Ketika masih duduk dibangku sekolah dan kuliah, saya sering kagum melihat atau mendengar mereka-mereka yang mendapatkan kesempatan ke luar negeri untuk belajar. Saya selalu menganggap mereka adalah orang yang demikian super hebat, dianugerahi dengan otak jenius dan encer dan ber-IQ sangat tinggi. Ketika itu saya berpikir bahwa tidak mungkin seorang mahasiswa seperti saya dengan otak pas-pasan ini bisa mendapatkan beasiswa ke LN.

Hal ini bisa lebih aneh ketika melihat saat-saat saya di bangku sekolah . Karena keterbatasan kemampuan ekonomi orang tua, maka saya hanya bisa memilih sekolah yang murah, salah satu sekolah saya berada di lereng merapi Yogyakarta. Sekolah yang berada dikampung dengan fasilitas yang serba pas-pasan (maklum sekolah desa), tetapi saya sangat menyukai sekolah tersebut.

Ketika masih anak-anak, saya tidak banyak mengenal permainan modern karena orang tua tidak memiliki kemampuan untuk membelikan permainan modern. Sebagai layaknya orang kampung, masa kecil saya dihabiskan dengan bermain di sawah dan sungai. Suasana belajar pun masih menggunakan lampu minyak (sentir), karena listrik baru masuk ketika saya duduk di bangku kelas satu SMP. Akhirnya saya berpikir, jika masa kecil saya tumbuh dengan alamiah dan tidak banyak terkontaminasi dengan kehidupan modern.

Ketika lulus SMP, saya ingin masuk STM supaya bisa dengan cepat mencari kerja. Dalam hati kecil saya (jujur), saya sangat ingin menjadi sopir bis. Maklum saat itu saya sering diajak oleh orang tua saya keluar kota dan duduk dibelakang sopir bis.

Keterbatasan ekonomi orang tua memaksa saya untuk ingin segera mandiri. Sejak duduk di SMA, saya sudah memiliki keinginan yang kuat untuk bekerja, dan malam saya lalui untuk belajar. Saya ingin bisa segera selesai sekolah. Hal serupa juga saya lakukan ketika masih kuliah. Saya ingin cepat selesai. Akhirnya waktu-waktu kuliah, saya lalui dengan belajar sambil bekerja menjadi tentor dan guru privat keliling.

Alhamdulillah, akhirnya kuliah bisa lulus cepat dengan predikat CUMLAUDE. Secara bersamaan saya ada tawaran untuk menjadi asisten dosen, saya jalani masa-masa tersebut.

Pada suatu ketika, saya ditelephone oleh dosen senior saya, jika dia memiliki aplikasi beasiswa ADS (Australian Development Scholarship). Saya memiliki cukup waktu untuk mempelajarinya dengan baik dan mengumpulkan semua dokumen. Sejak dulu saya termasuk orang yang menginginkan pekerjaan terencana dengan baik. Setelah mempelajari dengan baik, saya putuskan untuk mengisi aplikasi tersebut. Tanpa disangka, saya mendapatkan surat panggilan test, kemudian surat terakhir menyatakan saya lolos.

Ketika saya ditelephone adik saya jika ada surat dari ADS, dan ada kabar saya lolos, hampir saya tidak percaya. Saya merasa tidak melakukan apa-apa. Saya hanya berpikir jika saya hanya melakukan sebatas kemampuan saya, selebihnya saya serahkan ke Yang Maha Kuasa. Saya tidak memiliki rasa optimis yang tinggi ketika apply beasiswa tersebut.

Akhirnya saya lolos ADS dan pergi ke Flinders University, Adelaide South Australia untuk menempuh Master. Setelah 1 tahun kembali ke Yogyakarta, saya berkirim aplikasi untuk melamar S3 dan alhamdulillah mendapatkan beasiswa S3 (Dikti) untuk studi di PhD di kampus yang sama.

Saya berterima kasih untuk keluarga orang tua saya, keluarga saya, kolega saya dan almamater saya yang sampai saat ini saya masih secara resmi tercatat sebagai dosen Pasca Sarjana di Universitas Sarjanawiyata Tamasiswa Yogyakarta. Untuk teman-teman angkatan 1993 (MAN Yogyakarta 1), Angkatan 1990 (SMP Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Yk), Angkatan 1984 Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

Kebahagian saya selanjutnya adalah saya bisa membawa keluarga saya (anak dan istri) untuk tinggal di Australia. Bahkan anak-anak saya juga ikut merasakan pendidikan di luar negeri.

Point yang saya sampaikan:

Kesuksesan tidak akan datang tanpa usaha. Yang Kuasa tidak akan mengubah nasib kita, kecuali kita sendiri yang mengubah. Lakukan yang terbaik yang kita bisa, selanjutnya serahkan ke Yang Maha Kuasa. Meskipun ada tiga kesempatan dengan empat pelamar, jika Yang Kuasa belum mengijinkan, maka kita tidak akan lolos atau meskipun hanya satu kesempatan dengan ribuan pelamar tetapi itu sudah menjadi rezeki kita, Insya Allah akan menjadi milik kita. Bagi saya, beasiswa ini adalah rezeki dari Allah, seperti rezeki mendapatkan pekerjaan dll. Jadi, lebih baik mencoba, tetapi dengan serius bukan main-main. Lakukan yang terbaik yang kita bisa, Insya Allah yang Kuasa akan mengabulkannya.

Baca blog saya: http://www.blogpendidikan.subekti.com

5. Saya adalah salah seorang perempuan yang beruntung mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri atas beasiswa pemerintah Australia. Bernama lengkap Eka Puspitawati dengan panggilan Eka, sebelum berangkat studi saya bekerja sebagai asisten dosen dan peneliti di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bogor. Dengan modal ijazah S2 dalam negeri dengan spesialisasi S2 Ekonomi Pertanian (Sosek Pertanian), saya mulai menata mimpi untuk bisa melanjutkan pendidikan di negeri yang kualitas pendidikan rata-ratanya lebih baik dari di negeri sendiri.

Awalnya saya diliputi rasa ketidakpercayaan diri akan kemampuan untuk meraih mimpi itu. Saya bukan termasuk katagori cumlaude saat menempuh jenjang sarjana, tapi punya mimpi besar untuk bisa meraih pendidikan yang lebih baik dan bisa berinteraksi dengan dunia internasional baik melalui tulisan maupun penelitian.

Masih ingat lagu ini?

“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya”

Penggalan lirik Laskar Pelangi sepertinya pas buat gambaran sepenggal kisah saya dalam meraih pendidikan tinggi di luar negeri, Australia. Ya, semua berawal dari mimpi. Mimpi yang saya bangun semenjak hampir kelulusan dari sekolah pascasarjana di Bogor. Lingkungan pula yang ikut membangkitkan dan menjaga mimpi-mimpi itu. Di kelilingi lingkungan bekerja yang selalu mendengungkan kenyamanan dan kelebihan dari bersekolah di luar negeri, mau tidak mau mengubah paradigma saya bahwa perempuan juga bisa dan dan mampu bersaing merebut kursi beasiswa sekolah di luar negeri yang terbatas, apalagi untuk meraih beasiswa PhD.

”Tidak ada sesuatupun yang diperoleh dengan tanpa usaha dan doa”, prinsip saya. Mimpi yang terus mendengung untuk bisa melanglang buana ke luar negeri menuntun alam pikir untuk mengupayakan menyusuri jalan ke arah itu. Faktor bahasa adalah faktor utama untuk bisa sekolah di negeri orang. Karena lemah dalam penghapalan kosa kata baru, akhirnya menetapkan hati untuk menargetkan beasiswa yang membiayai sekolah di negera-negara berbahasa utama bahasa Inggris. Menyadari kemampuan bahasa asing (Inggris) yang pas-pasan bahkan bisa dikata kurang, akhirnya disela-sela waktu bekerja saya sempatkan kursus bahasa Inggris. Dari kursus bahasa Inggris yang bareng dengan anak-anak SMP, sampai kursus tips dan trik menghadapi IELTS selama lebih dari satu tahun, semua saya lakoni supaya saat test IELTS/TOEFL tidak mengecewakan. Tes IELTS di lembaga kursus kampus di Bogor untuk syarat pengajuan beasiswa pun saya jalani meski hasilnya tidak sepuas yang diharapkan, tapi cukup untuk modal pengajuan beasiswa.

Untuk pertama kali, aplikasi beasiswa ADS pun saya layangkan. Baru seleksi administratif, sudah tidak lolos karena berkas-berkas tidak lengkap seperti surat rekomendasi (saat itu dibutuhkan surat keterangan/rekomendasi dari atasan kerja/kolega). Akhirnya untuk mendapatkan peluang yang sama, saya harus menunggu kesempatan selanjutnya. Tapi usaha mencari sumber beasiswa lainnya pun tidak henti saya sisir. Informasi beasiswa selain ADS pun terbuka karena keterlibatan saya pada suatu penelitian dengan ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research) atau semacam lembaga penelitian Departemen Pertaniannya Australia. Lembaga ini memberikan grant beasiswa JAF (John Allwright Scholarship) yang diprioritaskan bagi orang-orang yang punya kontribusi dan atau diperkirakan punya potensi besar sebagai agen pembangun pertanian di Indonesia terutama dalam hubungan kerjasama riset antara Indonesia-Australia, alias punya latarbelakang keterlibatan langsung dan tidak terhadap proyek-proyek ACIAR.

Dari pengajuan beasiswa JAF ini, saya jadi belajar strategi mendapatkan beasiswa. Berikut tips yang bisa saya sharing buat teman-teman yang punya mimpi sama, terutama yang punya keinginan meneruskan pendidikan S3nya di luar negeri.

1. Kalau kamu punya kapabilitas dan kapasitas di bidang tertentu yang lebih dari rata-rata, tidak perlu khawatir soal bahasa dalam pengajuan aplikasi beasiswa. Kemampuan bahasa bisa diasah dengan pelatihan (kursus) yang diadakan dibeberapa sponsor beasiswa seperti ADS dan JAF. Kebanyakan lembaga sponsor (pemberi beasiswa) mencari orang-orang yang dianggapnya punya potensi sebagai agen pembangun di daerah/bidangnya masing-masing atau punya ide penelitian yang dianggap penting. Sang sponsorship akan ’mati-matian’ mengusahakan perbaikan kualitas bahasa (Inggris) si calon penerima beasiswa yang dianggapnya punya potensi besar. Bahkan ada teman yang dikursuskan hingga satu tahun lebih hanya karena skor IELTS-nya belum mencukupi syarat minimal. Oleh karena itu, penting artinya ’surat sakti’ atau rekomendasi dari seseorang yang punya otoritas tinggi di tempat kamu bekerja atau berorganisasi yang menyatakan bahwa kamu punya potensi besar di lingkungan kerja atau lebih luas. Saran saya, jangan menunggu nilai IELTS mu mencapai batas minimum di universitas tujuan di luar negeri dalam mengajukan lamaran beasiswa, tapi coba dulu dengan nilai IELTS yang ada.
2. Kalau kamu perempuan, apalagi berdomisili di wilayah Indonesia bagian timur, kans besar buatmu untuk mendapatkan sponsorship. Apalagi akan melakukan penelitian seputar gender.
3. Buat pengaju beasiswa riset (baik S2 maupun S3), disarankan punya hubungan/kontak dengan calon supervisor (pembimbing) terlebih dahulu. Mereka bisa dijadikan nilai tambah (bahkan nilai kunci untuk pengaju S3). Tapi hal ini bukan harga mati, karena saya pun baru mengenal supervisor saya setelah saya mendapatkan beasiswa JAF. Hal ini dikarenakan beasiswa yang saya peroleh sifatnya terikat, dalam artian mereka penerima JAF harus ikut serta dalam penelitian yang dikerjakan ACIAR.
4. Saat test wawancara, rileks dan tenang dalam menjawab semua pertanyaan. Tunjukkan pula bahwa kamu bersungguh-sungguh untuk studi dan akan kembali ke tanah air untuk mengabdikan ilmu yang diperoleh sekembalinya nanti baik untuk pengembangan diri pribadi maupun (jika mampu) untuk kemaslahatan orang-orang sekitar.
5. Jika mengalami kegagalan, coba dan coba lagi sampai batas umur maksimal! Pantang menyerah dan terus mencari sumber-sumber beasiswa lain yang memungkinkan.
6. Berdoa dan mohon restu (keikhlasan) dari orang-orang sekeliling, terutama orang tua dan suami/istri. Menuntut ilmu ke negeri orang laksana jihad, apapun bisa terjadi nantinya di tempat yang jauh dari sanak saudara. Doa kesehatan dan keselamatan yang tiada henti kita perlukan selama proses beasiswa hingga selama studi berlangsung.

Mudah-mudahan cerita ini bisa menjadi inspirasi dan penyemangat teman-teman yang punya mimpi yang sama. Jangan pernah takut untuk bermimpi besar! Usaha dan doa yang terus-menerus niscaya akan mendekatkan mimpi-mimpi itu hingga kita bisa mendekapnya. Segala pertanyaan dan komen akan tulisan ini bisa menghubungi saya melalui email ekapuspitawati@yahoo.com, atau jaringan facebook, dengan mencari kata kunci Eka Puspitawati.

6. Ini adalah tulisan saya di mailing list beasiswa untuk menjawab banyaknya komentar dan pertanyaan atas testimoni saya sebelumnya.

Mohon maaf pertanyaannya saya rangkum dan saya sampaikan melalui mailist ini (insyaALloh tidak ada pertanyaan yang pribadi kok) mudah2an bermanfaat bagi anggota yang lain. Juga buat banyak temen2 lain yang telah sukses memperoleh beasiswa di luar negeri silahkan lho ngasih tambahan jawaban atas pertanyaan2 tersebut (sebab jawaban saya hanya terbatas pada pengalaman dan pendapat saya aja:)

Pertama kali saya ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang sudah berkenan memberi selamat, komentar maupun pertanyaan ke saya…wuih..pertanyaannya banyak dan sulit2 ! Salam salut juga saya sampaikan ke Mailist ini dan moderatornya saya membuktikan Mailist Beasiswa ini memang mailing paling populer di Indonesia untuk info beasiswa: hanya dalam 2 hari setelah testimoni di Milist ini blog cerita pengalaman beasiswa saya (tonydwisusanto.wordpress.com) yang biasanya hanya diakses 32 orang langsung melompat diakses lebih dari 1100x!!! Selamat buat temen2 moderator!

Langsung saja menjawab pertanyaan ya:

“apa latarbelakang disiplin ilmu anda dan apa bidang kajian yang akan anda tekuni dalam program Phd ALA ?

Jawab: Alhamdulillaah latar belakang S2 saya Teknik Elektro spesialisasi Sistem Komputer & Informasi mas….Kajian saya untuk PhD saya Mobile Technology untuk E-government

Apakah saya perlu melamar sebagai visiting researcher dll dulu sebelum ngalamar beasiswa sekolah spt mas / langsung saja ?

Jawab: Mbak , saya selalu percaya kalo “Menjaring Ikan” itu lebih besar peluang dapet ikannya daripada “Mancing ikan” jadi Lakukan saja semua usaha secara Bersama2 insyaALloh peluang rizqinya lebih besar (kirim semua aplikasi yang ada: ya visiting researcher, ya beasiswa, ya yg ada dech pokoknya apply aja….jangan mendikte urutan rizqi Alloh ya

Saya kok tidak PD nglamar langsung s3 LN, apakah daftar s2 lagi aja ato bgmn saran mas?

Jawab: di-PD2in aja mbak …lamar S3 langsung aja! kalo pas doa mohon tuntunan Alloh biar “disiapkan” untuk S3 kita insyaAlloh dalam pengalaman saya nanti Alloh akan memberikan takdir2 yang membuat kita makin PD dan siap untuk S3. Sama kok saya dulu juga nggak PD, tapi modal saya cuman nekat aja ama mau belajar cepet2.

Jalur awalnya bagaimana dulu mas bagusnya, kontak profesor dulu ato cari skema beasiswanya dulu ?

Jawab: Perbanyak kontak profesor dulu..tapi bukan berarti terus nggak nyari skema beasiswa…jadi bisa bareng. Biasanya kalo kita dapat profesor dulu peluang beasiswa lebih mudah (beberapa beasiswa mensyaratkan kita punya supervisor dulu)

(mungkin ini yg terpenting) Dari blognya, mas spt bisa memaintain semangat utk terus mencari beasiswa baik utk sekolah, visiting researcher/lecturer, dll. Semangat saya timbul tenggelam, apalg kl ada hambatan2. Bagaimana tipsnya memperthankan motivasi ini ya (maaf mungkin klise).

Jawab: Mbak, sama semangat saya juga turun naik, sering PD tapi sering juga rendah diri dan hampir putus harapan, itu memang karakter kita sebagai manusia mbak..wajar…hanya kalo saya begini: perbanyaklah DOA karena melalui doa kita mengakui bahwa kita HAMBA SAHAYA yang tidak memiliki kuasa apapun akan takdir hidup kita, kita benar2 menyerahkan semua urusan dan hajat kita kepada ridlo Alloh..dan bagi Alloh pencipta dan penentu setiap kejadian APAPUN BISA TERJADI (bahkan dalam keyakinan saya, dengan doa dan amal yang sungguh2 Alloh Maha Mutlak untuk memberi kita beasiswa meski mungkin sebelumnya kita tidak “tertulis” memperoleh beasiswa). Yang kedua Setiap kalo kita berDoa setiap kali pula secara psikologis kita BERBICARA KEPADA DIRI SENDIRI, mengingatkan tekad kita dan menyalakan lagi semangat keinginan kita, coba mbak Novi hitung kalo doa kita sehari 5x maka 5x pula kita mengingatkan diri kita akan target Beasiswa kita. Yang ketiga, selalu ucapkan cita2 Beasiswa kita ini acapkali kita ngobrol dengan orang lain, bukan untuk sombong tetapi untuk menyemangati diri sendiri dan berdoa..jadi saya sering kalo ngobrol beasiswa saya selalu ngomong “ya Teman…insyaALloh mudah2an sesudah PhD ini Alloh menganugerahkan saya rizqi Post doctoral …amiiin” ingat mbak setiap omongan bisa berupa doa jadi hati2 tiap kita ngomong, kita khan sukanya malah berdoa sebaliknya khan saat ngobrol dengan teman seperti “..nggak tahu lah..kaya’nya saya nggak bakalan dapat beasiswa” ..nah lo ati2 kalo pas malaikat ikut mengaminkan. Pokoknya banyak doa minta beasiswa dech…pas naik motor, habis sholat, ngobrol, nyapu, dll kita nggak tahu kapan Alloh mengabulkan doa kita ini

Dari blognya, implisit bhwa kalo qt berusaha dg cerdas & tdk menyerah & berdoa insyaAllah kesempatan beasiswa akan datang. Mungkin seperti itu ya mas ? (Maaf ini mungkin menyemangati diri )

Jawab:…..InsyaALloh Mbak…. pokoknya kuncinya: Kenali Hukum Sebab-AKibat Alloh (Fisik-Non Fisik), penuhi Hukum itu, Keep Trying & Keep Praying! Selalu Ridlo dan Berprasangka baik akan takdir Alloh.

Sewaktu apply ke ALA tempo hari, test toefl yang digunakan IBTatau paper based test?

Jawab: saya cuman pake TOEFL Institutional yang bayarnya 250 Ribu rupiah itu lho mas

Mohon juga trik meningkatkan skor toeflnya karena toefl IBT saya tertinggi baru 533.

Jawab: sama mas..saya juga punya masalah TOEFL…kalo pengalaman saya memang lebih cepet nilai TOEFL meningkat kalo kita Sering Latihan Soal secara sungguh2 (pake batasan waktu) terus mencatat setiap pola soal TOEFL yang khas.

Mohon juga info beasiswa yang ada di flinders univ untuk orang indonesia .

Jawab: mas buka aja di blog saya terus klik di link Beasiswa Flinders kolom sebelah kiri

Langkah2 yang paling efektif dalam mencari beasiswa ke luar negeri. apakah langkah awalnya adalah Test TOEFL dulu selain menentukan negara tujuan dan jurusan? karena setau saya dalam mengisi setiap application form yang ada di berbagai University , pasti akan ditanyakan berapa score TOEFL/IELTS/GMAT.

Jawab: menurut saya tes TOEFL/IELTS syarat pasti yang harus dicapai sambil mencari peluang info beasiswa, jadi maksud saya lakukan bareng aja…terus latihan tes TOEFL ama nyari info beasiswa jangan satu2 kelamaan

apakah TOEFL prediction test di institusi tertentu seperti EF, ILP, dll. bisa dipakai sebagai pengganti TOEFL score yang dikeluarkan oleh ETS dan berlaku di semua universitas di luar negeri?

Jawab: tergantung syarat beasiswanya mbak..contoh kalo temen saya waktu di Arab hanya pake TOEFL like tapi kalo secara tertulis mintanya Intitutional atau International TOEFL ya harus itu

TOEFL score dari ETS apakah bisa dipakai juga di negara2 seperti Australia , UKyang umumnya menwajibkan IELTS sebagai syarat English test? atau meskipun sudah punya TOEFL score, tetap harus mengambil IELTS test lagi dalam artian TOEFL tidak bisa dipakai di negara tersebut?

Jawab: dalam kasus saya, saya diterima ALA pake TOEFL mbak dan nggak harus tes IELTS yang mahal 2 juta an

Setahu saya untuk mengambil gelar MBA, salah satu syarat adalah harus melalui GMAT test. Apakah hanya diperlukan GMAT saja? atau GMAT dan TOEFL atau GMAT dan IELTS?

Jawab: wuaduh..saya nggak pengalaman tes untuk MBA mbak..mungkin temen2 lain/moderator bisa jawab

Yang terakhir kalau boleh tahu, dalam kurun waktu 5 tahun mencoba, sudah berapa banyak yang di-apply? ini bisa menjadi motivasi buat saya juga, supaya tidak gampang putus asa =)

Jawab: ….malu benernya…Beasiswa IATSS-Japan : apply 2x baru dapet, Beasiswa BPPS: 1x apply dapet, Beasiswa Assistantship KSU-Arab: 1x apply dapat, beasiswa Visiting Researcher: kebetulan aja dikasih , Beasiswa PhD: 3x apply ADS gagal! 2xapply APS gagal terus!, 2x apply EPA gagalterus!, 2x apply EIPRS gagal terus!, apply Fullbright 2x gagal terus! apply ALA 2x baru berhasil jadi total apply untuk PhD baru berhasil setelah 11x Apply!!! ) Alhamdulillaah

Maksud anda s1 yang dibungkus s2 dengan research assisten itu seperti apa??

Jawab: S1 saya kurang laku mbak kalo buat nyari beasiswa maka saya ndaftar S2 dalam negeri Jurusan yang “keren” (banyak tawaran) beasiswa

Syarat dapet phd ke aussie mmg denger2 boleh dari s1 (bachelor degree), tapi apakah ada syarat khusus?kebetulan dosen saya dari aussie juga, blw bilang ada tapi dulu (tahun 82an dia dpt beasiswanya), syaratnya klo dulu harus course work dulu 1 tahun, klo lulus baru research program..apa memang spt itu?

Jawab: wuaduh kalo dari S1 langsung ke S3 biasanya S1-nya dari universitas tersebut atau internasional terus memang prestasi IPK nya perfect dan tawaran penelitiannya sangat menarik untuk Universitas itu dan sekualitas S3. disini memang ada S2 coursework yang hanya 1.5 tahun.

Anda dptnya research program??, boleh cerita gak, perjalanan cari supervisor hingga dpt seperti apa?

Jawab: mbak Aida buka blog saya aja baca cerita saya di “Pengalaman & Tips memperoleh Fellowship Visiting Reseracher” ya Mbak

klo gak salah beasiswa ALA itu mensyaratkan tidak boleh merit??, dari cerita anda istri anda dpt beasiswa s2 juga??nah kebetulan harapan saya juga demikian…yg saya mau tanya apakah boleh??

JAwab: BOLEH NIKAH donk…hanya nggak ditanggung keluarganya..apalagi biaya pernikahannya

oh ya, maaf juga saya agak bingung panggil anda apa??secara di email ada 2003 saya gak faham apa mungkin anda ank 2003?? berarti dibawah saya??saya 2001. nah tapi juga..anda cerita nyrai beasiswa tahun?? apa mungkin, soalnya anak 2003 barusan aja lulus kan??

JAwab: biasanya temen2 dan mahasiswa saya manggilnya “mas” mbak..tapi kalo MAHASISWI manggil saya “Kangmas”

Nb: Ada beberapa pertanyaan lain yang sejenis mudah2an dapat mewakili…buat temen2 lain mungkin ada yang mau nambahin..silahkan,
sekali lagi terima kasih dan mohon maaf atas kekurangan/kesalahan yang ada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tentang akuh

Foto saya
zara maiza najla adalah sebuah yang artinya seorang puteri yang cerdas dan bermata indah terbuka....