selamat datang di blogku!!!!!


Minggu, 19 Juni 2011

motivasi(http://motivasibeasiswa.org/)

1. ”Bangkitlah, wahai para pelopor!!!, pekikkan padaku kata-kata yang menerangi gelap gulita rongga dadamu! Kata-kata yang memberimu inspirasi!!!” (Sang Pemimpi, Andrea Hirata)

Kuliah di luar negeri dan beasiswa adalah dua hal yang selalu dicita-citakan oleh beribu-ribu pejuang muda di Indonesia. Saat ini, dapat memperoleh satu dari dua itu sudah merupakan anugerah, apalagi kita dapat meraih kedua-duanya. Benar-benar suatu anugerah yang tak terhingga dari Sang Khalik..!! Tapi segitu mudahkah untuk meraihnya??

Tentu tidak, tapi bukan berarti tidak mungkin. Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba membangunkan harapan tersebut kepada para pejuang “beasiswa” bagaimana dapat mewujudkan dan meraih mimpi tersebut,
sehingga kita pun dapat berkata, aku lah “Sang Pemimpi” itu….

Sebelumnya saya memperkenalkan diri, nama saya Dionisio Jusuf, saya bukanlah sapa-sapa kalau dibandingkan penyadang beasiswa lainnya, yg begitu bagus profesinya, baik sebagai peneliti ataupun dosen di
perguruan tinggi. Sebelum saya melanjutkan kuliah di Jerman, saya hanyalah seorang karyawan biasa, dan dengan bermodal nekat, memilih untuk keluar dari zona kenyamanan hanya untuk mewujudkan mimpi yang sudah saya rajut bertahun-tahun lamanya.

Saya menyelesaikan pendidikan S1 saya di IPB, pada jurusan Teknologi Industri Pertanian, dan posisi pekerjaan saya terakhir adalah kepala cabang yang membawahi wilayah Indonesia Timur di divisi penerbitan Kompas Gramedia. Tetapi sekali lagi, godaan untuk melanjutkan studi di luar lebih besar, sehingga pada tahun 2009 saya memberanikan diri untuk keluar dari pekerjaan, dan terbang ke Jerman untuk melanjutkan studi di University of Kassel pada jurusan International Food Business and Consumer Studies. Pada saat saya menulis, saya sudah hampir merampungkan studi saya (tinggal menunggu sidang thesis).

Rekan-rekan, pada awal keberangkatan, saya tidak menyadang beasiswa dari manapun, hanya berbekal tabungan selama kerja (9 tahun) yang digunakan sebagai uang jaminan untuk mendapatkan visa, saya
memberanikan diri untuk kuliah. Tetapi saya sangat yakin bahwa Tuhan akan kasih jalan kepada setiap umat-Nya yang berusaha. Nah, ketika sudah di Jerman, pada semester satu, saya meng-apply beasiswa dari
KAAD. Mungkin banyak diantara teman-teman yang masih belum terlalu familiar dengan beasiswa ini. Saya bolehlah berharap pada nantinya ada diantara rekan-rekan yang mendapatkan beasiswa ini juga.

Pada tulisan kali ini, saya akan share pengalaman bagaimana caranya mendapatkan beasiswa di Jerman. Di negara “team panser” terdapat banyak tawaran beasiswa, seperti DAAD (Deutscher Akademischer
Austausch Dienst), KAAD (Katholischer Akademischer Ausländer-Dienst) dan ESG (Evangelische Studierenden-Gemeinde). Pada tulisan ini, saya akan berbagi pengalaman tentang beasiswa KAAD (karena saya adalah satu
orang yang sangat beruntung mendapatkan beasiswa tersebut).

Pertama-tama saya ingin menjelaskan secara singkat tentang KAAD. Berdasarkan info yang terdapat di link KAAD (www.kaad.de) dijelaskan bahwa KAAD lahir pada tahun 1954 di Fulda dalam pertemuan kongres gereja Katolik Jerman, dan empat tahun kemudian disahkan menjadi organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan. Salah satu tujuan utama dari KAAD adalah memberikan bantuan beasiswa
kepada mahasiswa dari negara-negara miskin dan berkembang dari Asia, Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Sampai tahun 2009, sudah sekitar 8.000 ribu mahasiswa dari berbagai negara yang pernah mendapatkan bantuan beasiswa dari KAAD, dan salah satu negara tersebut adalah Indonesia. Beasiswa yang diberikan oleh KAAD diperuntukan bagi mahasiswa yang mengambil jenjang program master dan
doktoral.

Cara untuk mengajukan aplikasi beasiswa ke KAAD ada dua macam, yaitu melalui negara asal (Indonesia) dan sesudah mahasiswa berada di Jerman. Untuk cara pertama atau yang lebih dikenal dengan scholarship program 1, calon penerima beasiswa dapat mengirimkan aplikasi melalui kantor perwakilan KAAD yang berada di Indonesia (Universitas Atmajaya– Jakarta). Sedangkan cara kedua atau yang lebih dikenal dengan scholarship program 2, calon penerima beasiswa mengajukan aplikasi langsung ke KAAD Jerman, tetapi terlebih dahulu harus mendapatkan
rekomendasi dari KHG (Katholische Hochschulgemeinde) tempat calon penerima beasiswa berada.

Perlu dijelaskan juga bahwa periode seleksi beasiswa KAAD dibagi menjadi dua, yaitu setiap awal semester musim dingin (winter) dan panas (summer). Untuk periode musim dingin, pendaftaran terakhir sudah
harus dikirim ke secretariat KAAD di Bonn (baik untuk scholarship program 1 & 2) paling lambat akhir Januari, dan pengumuman akan dilakukan pada akhir bulan Maret. Sedangkan untuk periode musim panas,
pendaftaran terakhir adalah bulan Agustus, dan pengumuman akan dilakukan pada akhir bulan September.

Berikut ini saya berikan beberapa tips untuk mengajukan beasiswa KAAD.
1. Buka website KAAD (www.kaad.de).
Ini adalah langkah awal buat pelamar beasiswa karena di website ini tersedia berbagai informasi mengenai KAAD, bagaimana cara melamar beasiswa, dan informasi penting lainnya. Website ini menyediakan
informasi dalam dua bahasa, yaitu Inggris dan Jerman.
2. Menghubungi perwakilan KAAD di Jakarta (kalau mau mengambil scholarship program 1)
Langkah ini diperlukan bagi rekan-rekan yang akan melamar beasiswa KAAD dari Indonesia. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah lakukan kontak dengan coordinator KAAD Indonesia via email (jangan hanya satu
kali email, kalau tidak dibalas, lakukan untuk kedua atau ketiga kali). Jika sudah dijawab, langsung ditanyakan prosedur untuk melamar beasiswa KAAD.
Tips:
a. Jangan langsung menyerah jika coordinator mengatakan bahwa beasiswa KAAD hanya untuk dosen atau pegawai negeri, karena pada kenyataannya beasiswa KAAD ini terbuka untuk umum.
b. Sebelum melamar beasiswa KAAD, usahakan sudah ada kontak dengan universitas dimana akan melanjutkan studi. Karena KAAD hanya akan memberikan beasiswa bagi siapa saja yang sudah mendapatkan surat
penerimaan dari universitas di Jerman
3. Bagi rekan-rekan yang akan mengambil scholarship program 2, alangkah baiknya mulailah aktif di KHG setempat. Hal ini sangat penting karena pelamar beasiswa KAAD membutuhkan rekomendasi dari
koordinator KHG. Mendapatkan rekomendasi yang bagus dan berbobot itu tidak mudah kalau kita tidak pernah menampakkan “batang hidung” di kegiatan KHG. Jangan pernah bermimpi akan memperoleh rekomendasi yang
sangat “menjual” dari KHG, kalau tiba-tiba kita datang ke KHG, dan mengatakan minat kita untuk melamar beasiswa KAAD.
Tips:
a. Usahakan sudah mulai aktif, minimal 3-5 bulan sebelum mengajukan lamaran beasiswa KAAD.
b. Bergabunglah dengan kegiatan yang sedang atau akan diselenggarakan oleh KHG, ini penting sebagai wujud partisipasi kita dalam KHG.
4. IPK apakah penting? IPK memang penting tetapi tidaklah syarat mutlak. Untuk scholarship program 2, usahakan nilai yang diperoleh tidak melebihi 2 (skala nilai Jerman), sedangkan untuk melamar dari
Indonesia, usahakan memiliki IPK diatas 3. Tetapi, kalaupun rekan-rekan memiliki IPK di atas 2 (program 2), rekan-rekan harus memiliki nilai tambah dimata panitia seleksi, misalnya memiliki surat
rekomendasi yang luar biasa menarik, baik dari KHG maupun dari professor tempat rekan-rekan belajar.
5. Buat CV (curriculum vitae) anda sekarang juga. CV ini penting sekali karena CV mencerminkan sekilas tentang diri kita kepada orang lain (panitia seleksi beasiswa KAAD). Buat CV rekan-rekan sebaik dan seindah mungkin. Sekarang banyak informasi di internet yang memberikan panduan untuk membuat CV dengan baik dan benar.
6. Jangan lupa untuk menulis surat motivasi dengan kalimat yang menjual. Usahakan berikan alasan mengapa rekan-rekan ingin melamar beasiswa KAAD, dan apa yang akan rekan-rekan lakukan untuk bangsa dan
tanah air ketika rekan-rekan sudah selesai dari studi. Jangan buat kalimat yang berbunga-bunga, tetapi tulislah dalam kalimat yang sederhana tapi mengena ke sasaran.
7. Mintalah rekomendasi kepada professor dimana rekan-rekan belajar.
Untuk melamar beasiswa KAAD program 2, rekan-rekan membutuhkan (minimal) 2 surat rekomendasi dari professor. Usahakan rekan-rekan memperoleh rekomendasi dari professor yang betul-betul mengenal
rekan-rekan, sehingga dengan begitu rekomendasi yang diberikanpun akan baik dan menjual ketika dibaca oleh panitia seleksi.
8. Satu lagi adalah niat…!! Jika rekan-rekan memiliki niat yang luar biasa besar untuk mendapatkan beasiswa dari KAAD, apapun halangan dan hambatannya akan rekan-rekan atasi. Jangan pernah menyerah untuk sesuatu yang baik. Jika rekan-rekan gagal mendapatkan beasiswa KAAD dalam kesempatan pertama, cobalah lagi untuk kesempatan kedua dan tetap optimis. Saya mempunyai seorang teman (dari India), pada aplikasi pertama dia tidak mendapatkan beasiswa ini, tetapi dia mencoba lagi untuk kedua kalinya, dan untuk yang kedua kalinya dia berhasil. So, tidak ada yang mustahil bagi kita yang mau berusaha.

Sekali lagi buat pemburu beasiswa KAAD, selamat berjuang, optimis dan tetap semangat. Ingatlah lebih baik berusaha dan berbuat sesuatu, daripada hanya diam menunggu datangnya harapan. Keberhasilan akan di dapat, dan pertualangan akan segera dimulai ketika rekan-rekan memperolehnya….

bagi rekan-rekan yang ingin bertanya lebih lanjut, dapat menghubungi
saya di:
fb: dionisio jusuf
email : dion_senior@yahoo.com

Salam hangat,
dionisio jusuf


2. Nama saya Intansari Nurjannah. Teman-teman memanggil saya Intan, di rumah, nama kecil saya Iin. Saya dulu lulusan S1 Keperawatan UI tahun 1998, melanjutkan S2 James Cook University Australia (2005-2007) dan saat ini saya sedang berjuang untuk menyelesaikan S3 di James Cook University Australia. Lahir di Yogya, hampir 39 tahun yang lalu, saat ini saya bekerja di sebagai pengajar di PSIK (Keperawatan) FK UGM.

Saya mendapatkan beasiswa ADS dua kali baik untuk master dan S3. Sebelumnya juga sempat lolos beasiswa DIKTI tetapi karena saya juga dapat ADS maka saya pilih ADS.
Perjuangan saya untuk mendapatkan beasiswa bisa dikatakan berliku-liku. Sejak lulus kuliah cuma satu yang saya inginkan yaitu bisa S2 dalam bidang saya yaitu Keperawatan. Saat itu S2 keperawatan belum ada di Indonesia. Jadi mau ndak mau harus cari beasiswa ke luar negeri. Saya pernah mencoba Jepang, Swedia, dst, dan semua gagal. Selama mencoba itu, rutin setiap tahun saya apply beasiswa ADS.
Australia menjadi pilihan pertama karena saya berpikir bahwa secara geografis Australia tidak jauh dari Indonesia dan sudah termasuk negara dengan reputasi sekolah keperawatan yang baik.
Saya berjuang mencari beasiswa ini sejak lulus kuliah. Belajar TOEFL sendiri meskipun sempat beberapa kali kursus. Mencoba apply ADS sebanyak 6 kali, baru gol, dari sejak belum punya suami, sampai
bersuami dan punya anak 2 baru berangkat master (2005). Tiga kali saya gagal masuk short list dan dua kali saya berhasil masuk short list tetapi masih gagal. Percobaan ke enam akhirnya membuahkan hasil. Saya sampai mendapatkan gelar ‘master of candidate’,… karena memang jadi kandidat terus tetapi tidak pernah terpilih.
Rasa gemas karena usia semakin bertambah dan tuntutan tempat saya bekerja yang mengharuskan kami S2 dan S3 membuat saya sempat terombang-ambing antara melanjutkan studi sesuai dengan keilmuan saya
atau studi ke cabang ilmu lain yang ada di Indonesia.

Pada saat itu hati nurani saya tidak terima karena saya lumayan setia dengan keilmuan saya. Saya membicarakan dengan suami yang kemudian hanya memberikan pertanyaan singkat kepada saya
1. Apakah kamu mau melanjutkan study ke program yang kamu tidak ingin pelajari?
saya jawab tidak
2. Sampai umur berapa batas usia mendaftar ADS?
Jawab saya 42.
Kemudian suami saya mengatakan. Kalau begitu, daftar saja terus sampai usia 42 tahun!! begitu usulnya, yang kembali memompa semangat saya untuk tetap konsisten menggapai cita-cita saya.

Kegagalan saya menjadikan saya ‘expert’ dalam mencari beasiswa ADS. Beberapa hal yang menyebabkan saya gagal akhirnya saya pelajari. Yang paling bermakna adalah ketika saya menyadari bahwa ‘culture’ yang saya
miliki menghambat saya untuk bisa melewati fase tes interview dengan baik. Saya kemudian mengikuti workshop terkait dengan wawancara dan saya menjadi paham mengapa beberapa waktu lalu saya gagal memberikan
jawaban yang sesuai dengan ‘frame’ penguji yang notabene orang barat.

Saya dokumentasikan pelajaran dari workshop itu dan kemudian ketika ada teman yang membutuhkan saya berikan dokumentasi saya. Alkhamdulillah tahun ini dia diterima ADS.

Setelah saya selesai S2, saya menyadari bahwa kesempatan melanjutkan S3 akan lebih sulit jika saya tidak segera memanfaatkan momentum baru lulus, koneksi luar negeri, usia yang masih memungkinkan, untuk
kembali berburu beasiswa.

Sebelum saya mendapatkan ijazah, saya masih dan terus menghubungi profesor saya pada waktu master untuk bisa mendapatkan rekomendasi untuk S3. Setelah saya mendapatkan ijazah, berbekal dua dokument tsb
(ijazah dan rekomendasi) saya mencari beasiswa DIKTI, Endeavour, ALA dan ADS. Pertimbangan saya adalah saya akan berangkat 2 tahun sejak saya lulus S2. DIKTI lolos tetapi saya tetap berjuang mendapatkan ADS,
ini karena pertimbangan saya akan membawa keluarga dan dengan ADS, anak-anak saya akan dibebaskan dari school fee. Alkhamdulillah saya berhasil lagi dan segera melanjutkan studi S3. Saya memilih Flinders University untuk S3 saya dengan pertimbangan saya ingin mencari pengalaman yang berbeda dengan sebelumnya. Tetapi ternyata ini bukan pilihan yang terbaik buat saya dan keluarga, karena ternyata kami tidak terlalu tahan dengan cuaca Adelaide yang dingin. Respon anak-anak saya yang sangat ekstrim karena cuaca di Adelaide (keluar masuk UGD karena sakit perut yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya) menyebabkan saya harus berpikir ulang untuk melanjutkan studi di Adelaide.

Dengan berat hati karena meninggalkan teman-teman yang baik di Adelaide, saya transfer studi saya Ke daerah tropis yaitu di JCU Queensland. Proses transfernya cukup rumit dan memakan pikiran, tetapi alkhamdulillah lancar.

Manfaat dari belajar di luar negeri bagi kami sekeluarga yang terpenting adalah bahwa kami belajar untuk semakin bersyukur. Kami juga belajar banyak dari kehidupan barat baik memahami hal-hal apa
dari barat yang baik maupun yang tidak baik. Secara materiil memang kehidupan di Australia memberikan kesempatan kepada kami untuk memperbaiki status ekonomi ketika pulang, tetapi kami tidak menjadikan
itu adalah sesuatu yang utama.

Bagi kami sekeluarga pengalaman studi di Australia tidak hanya mendapatkan ilmu sesuai dengan bidang saya tetapi juga pengalaman hidup yang berharga.
Kami memiliki pengalaman unik dimana anak dan suami saya pernah mengalami kecelakaan pada saat naik sepeda berboncengan ditabrak mobil dari belakang (2007). Alkhamdulillah atas karunia Allah baik suami dan
anak saya selamat meskipun terlempar 50 meter dari sepeda dan sempat di rawat di RS. Pengalaman ini menyebabkan saya harus berurusan dengan rumah sakit, lawyer, polisi, dan seterusnya yang memberikan wawasan
tambahan kepada kami. Kami juga merasakan bagaimana Allah mengingatkan kepada kami bahwa siapapun dan apapun yang kita cintai sesungguhnya adalah bukan milik kita. Semua kembali kepada sang Pencipta, Allah SWT. Allah SWT melatih kami untuk suatu saat benar-benar dipisahkan dari apa-apa yang kami cintai.

Bagi saya keberhasilan mendapatkan beasiswa tak lain adalah karena karunia Allah SWT. Betul saya tidak pernah berputus asa dan berjuang terus tanpa henti untuk mencari beasiswa, tetapi penentu berhasil atau
tidak adalah Allah SWT. Bersandarlah pada Allah maka Allah akan menunjukkan jalan.

Bagi rekan-rekan yang ingin tahu lebih banyak mengenai liku-liku, strategi untuk memburu beasiswa ADS (terutama)silahkan menghubungi saya lewat facebook dan atau e-mail: intansarinurjannah@yahoo.com atau intansari.nurjannah@my.jcu.edu.au

Semoga bermanfaat

Regards
Intan



3. Belajar di luar negeri bagi sebagian orang yang mampu mungkin bukan sebuah angan-angan. Namun bagi kebanyakan orang, melanjutkan studi di luar negeri merupakan sebuah mimpi yang harus diwujudkan dengan persiapan yang matang. Salah satu alasan mengapa banyak mahasiswa memilih untuk sekolah di luar negeri adalah infrastruktur, sarana dan sistem pendidikan di negera-negara berkembang yang sudah sangat memadai dan sangat mendukung para mahasiswa dalam studinya.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut, mendapatkan beasiswa untuk sekolah luar negeri adalah cara yang paling sering digunakan. Banyak beasiswa yang ditawarkan bagi mahasiswa dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia dan ada beberapa yang dikhususkan bagi mahasiswa Indonesia.

Berikut sedikit gambaran langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk meraih beasiswa sebatas pengetahuan penulis:

I. Informasi

Ini adalah hal pertama yang harus dilakukan; cari informasi tentang beasiswa sebanyak mungkin. Anda bisa mencarinya dengan googling di internet, menjadi anggota mailing list beasiswa (seperti milisbeasiswa@yahoogroups.com), koran, kedutaan besar, bagi dosen atau guru info dapat diperoleh di universitas masing-masing dan departemen pendidikan nasional, bagi rekan-rekan PNS info bisa diperoleh di kantor masing-masing, Bappenas/Bappeda, Sesneg, dll.

Informasi yang dicari harus lengkap, seperti tata cara pelamaran, persyaratan nilai minimum, bahasa yang digunakan, nilai minimum TOEFl/IELTS, dokumen-dokumen yang diperlukan seperti Letter of Acceptance (LOA), deadline, syarat-syarat khusus (seperti hanya untuk dosen atau PNS), coverage (full scholarship, partial, atau sandwich) dsb.

Informasi merupakan hal yang krusial, karena banyak sekali yang kehilangan kesepatan atau gagal karena tak memiliki info yang memadai. Sering kali informasi tentang beasiswa “nyangkut” atau terhenti pada level tertentu di sebuah organisasi, sehingga hanya orang-orang “tertentu” yang tahu. Sehingga seperti yang telah diutarakan bahwa anda dalam mencari informasi harus “proaktif”. Jangan menunggu informasi datang ke anda!

II. Bahasa

Mendapatkan beasiswa bukan sesuatu yang mudah dan didapat dengan cepat. Banyak persiapan yang harus dilakukan, dan salah satu kendala dan rintangan terbesar bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia adalah faktor bahasa. Kemampuan bahasa asing sangat penting guna kelancaran studi, karena kita akan sekolah di tempat lain dimana bahasa asing digunakan. Kebanyakan program beasiswa dilaksanakan dengan bahasa inggris, sehingga dari kemampuan dasar bahasa inggris dalam surat menyurat, perbincangan, menulis, hingga TOEFL® (Test of English as a Foreign Language) atau IELTS (International Language Testing System) sangatlah penting. Kemahiran bahasa tidak didapat dalam satu atau dua bulan, perlu berbulan-bulan guna persiapannya. Untuk nilai TOEFL nilai minimum biasanya adalah 550 (ada beberapa program beasiswa yang meminta lebih besar dari skor ini) dan IELTS 5 (untuk Australia). Ada yang perlu di ketahui bahwa biasanya TOEFL yang diperlukan adalah International TOEFL, atau The Institutional Testing Program (ITP) TOEFL. Lebih lengkap mengenai TOEFL anda bisa melihat site dari The Indonesian International education Foundation (IIEF): http://www.iief.or.id/. Sedangkan untuk IELTS, anda bisa mencari informasinya di: www.ielts-indonesia.com.

III. Pelamaran Beasiswa

Biasanya sebelum melamar, ada beberapa program beasiswa yang mensyaratkan hal-hal tertentu, berikut beberapa hal yang pernah penulis alami:

1. Beasiswa program Bappenas.

Hanya PNS dengan minimum telah 2 tahun bekerja yang diperbolehkan mendaftar. Ada beberapa proses seleksi; seleksi dokumen, TPA (Tes Potensi Akademik) dan TOEFL, Ada tiga jenis beasiswa yg ditawarkan bappenas:

a. Luar Negeri. Anda akan diberi kursus bahasa selama 6 bulan guna persiapan mendapatkan nilai TOEFL yg layak untuk melamar beasiswa luar negeri, spt AUSAID, STUNED, Erasmus Mundus, dll.

b. Double Degree. Dalam program ini, satu tahun studi di dalam negeri dan satu tahun di luar negeri dan akan juga diberi program persiapan bahasa selama 4 bulan untuk persiapan pelamaran beasiswa ke luar negeri melalui STUNED, Jepang, Perancis, dll.

c. Dalam Negeri. Untuk program yang terakhir ini kandidat yang lulus langsung studi di beberapa program di universitas di dalam negeri yang telah ditunjuk oleh bappenas.

Pelamaran harus melalui/diajukan oleh instansi masing-masing. Dari pengetahuan penulis, PNS dari daerah lebih diutamakan dari pada PNS di Pusat (Jakarta) guna pemerarataan.

Tips: Kebanyakan TPA merupakan sandungan awal bagi pelamar. Ini dapat anda atasi dengan membaca buku-buku contoh TPA yang banyak dijual di toko buku. Dan khusus untuk soal-soal matematika, jangan pernah anda selesaikan dengan metode standard karena anda akan kehabisan waktu. Gunakan metode cepat serta logika anda.

2. STUNED (Studeren in Nederland)

Beberapa beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Belanda, seperti:

1. The Netherlands Fellowship Programmes (NFP).
2. HSP Huygens Programme.
3. The Netherlands Ministry of Foreign Affairs the Dutch foundation WOTRO for a PhD fund.
4. STUNED (Studeren in Nederland).

Program beasiswa ini di kelola oleh NESO Indonesia (The Netherlands education support office in Indonesia) dan anda bisa mencari info lengkapnya di website : http://www.nesoindonesia.com atau www.nesoindonesia.or.id .

Untuk beasiswa STUNED secara umum langkah2 yang harus dilakukan adalah:

a. Karena disyaratkan bahwa kita sudah diterima di salah satu universitas di belanda maka carilah informasi program dan universitas yang anda ingin tuju untuk studi, ini anda bisa dapatkannya di kantor NESO (dahulu NEC) di Jakarta.

b. Lakukan kontak dengan universitas yang anda minati dan pelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi mahasiswa disana. Database program-program master yang ada di Belanda tersedia di kantor NESO. Anda dapat pula mendapatkan info lebih rinci saat Holland Education Fair yang diadakan setiap tahun di beberapa kota di Indonesia.

c. Untuk stuned, anda diperbolehkan untuk mendaftar dan mengikuti tes beasiswa meski belum mendapatkan Letter of Acceptance (LOA) atau Admission Letter dari universitas. Namun saat anda terpilih menjadi kandidat penerima beasiswa, anda harus bisa menunjukkan surat LOA tsb.

Salah satu kendala bagi pelamar adalah kita harus mengirim langsung application ke Universitas di belanda yang membutuhkan biaya (investasi) yang tidak sedikit (meski ada beberapa universitas yang dapat apply secara online atau via email). Hal ini dapat disiasati dengan mengirimkan atau melamar langsung ke counter/stand universitas tsb saat Holland Education Fair di kota anda, sehingga anda tidak perlu mengirimkan langsung ke belanda.

Setelah anda lolos seleksi dokumen, anda akan dipanggil untuk tes wawancara. Anda akan di beri pertanyan-pertanyaan standar (menurut saya) dalam wawancara beasiswa seperti latar belakang pendidikan, pekerjaan, alasan memilih belanda untuk studi dan alasan mengapa memilih program master yang kita tulis di aplication form. Ada baiknya juga background pendidikan, pekerjaan sekarang dan program master yang diinginkan berkaitan. Pelajari juga mengenai universitas serta kota di mana univeristas tersebut berada. Bekali diri anda dengan informasi tentang sistem pendidikan dan hidup di belanda. Karena pewawancara juga melihat kesiapan anda dalam berinteraksi dan mandiri di negeri nun jauh disana terebut. Bagi pelamar yang belum menyertakan LOA saat pengiriman aplikasi, ada baiknya anda menyiapkan LOA saat wawancara. Jika memang ternyata belum mendapatkannya maka anda akan ditanyakan kapan akan mendapatkan LOA tsb.

3. AUSAID.

Bagi anda yang ingin bersekolah di negeri kangguru, salah satunya bisa melamar ke beasiswa AusAID. Beberapa beasiswa yang diberikan pemerintah Australia:

a. Australian Development Scholarships (ADS)

b. Australian Leadership Awards, keduanya dikelola oleh AusAID

c. Endeavour Programme, dikelola oleh Department of Education Science

and Training (DEST)

Program beasiswa ADS AusAID cukup terkenal dan pembukaan beasiswa biasanya diumumkan di koran nasional. Bagi program master, ada 2 jenis program yakni master by research atau by course. Program beasiswa yang satu ini tidak mengharuskan kita untuk kontak dan telah diterima di salah satu universitas di Australia. Kita cukup melamar dengan mengisi formulir yang tersedia. Jika ternyata kita memenuhi persyaratan, kita akan dipanggil untuk tes IELTS dan wawancara. Keduanya sangat menentukan. Untuk IELTS anda bisa belajar dari lembaga-lembaga kursus. Dalam wawancara ada beberapa pertanyaan yang seingat saya ditanyakan:

1. Background, pendidikan, pekerjaan saat ini

2. Program master yang diminati, serta hubungannya dengan pekerjaan saat ini dan pembangunan indonesia ke depan.

Untuk wawancara saya rasa sangat krusial, karena jika IELTS sudah melebihi nilai 5 sudah dinyatakan lulus IELTS, hanya saja nanti saat masa persiapan bahasa akan lebih lama (sekitar 6 bln).

4. VLIR (Vlaamse Interuniversitaire Raad)

Beasiswa yang satu ini mungkin jarang didengar oleh para pencari beasiswa, karena memang tidak ada pengumuman di koran2 dan tidak ada lembaga perwakilannya seperti STUNED di NESO, dll. Terlebih lagi jumlah penerima beasiswa VLIR dari indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan program beasiswa lainnya. Karena memang beasiswa ini lebih banyak ditujukan bagi mahasiswa asal afrika. Anda bisa mulai dengan memperhatikan informasi selengkapnya di: http://vliruos.be. Beasiswa ini hanya diberikan bagi beberapa program training, program master dan program PhD (khusus untuk alumni penerima beasiswaVLIR) yang daftarnya bisa anda lihat di site vlir.

Di setiap program, terdapat seorang professor yang merupakan ketua dari selecting committee di universitas. Sebaiknya anda kontak beliau dan juga browse untuk mencari info tentang riset yang sedang dilakukan oleh universitas tsb.

Untuk beasiswa VLIR anda harus mengirimkan langsung aplikasi ke office VLIR di Brussels. Serta tidak ada proses wawancara. Proses seleksi dilakukan berdasarkan dokumen aplikasi anda terutama dari motivation statement serta dari riset proposal. Tentunya akan lebih bagus jika background, pekerjaan anda sekarang serta riset yang akan anda tekuni sesuai dengan bidang serta riset di universitas yang anda tuju. Anda tidak perlu melamar ke universitas, hanya diperlukan aplikasi ke VLIR dimana didalam aplikasi tersebut tertera universitas dan program pilihan anda. Setelah semua dokumen masuk, pihak Vlir akan mengirimkan aplikasi ke selecting committe yang ada di masing-masing universitas. Kemudian dihasilkan list rangking kandidat yang disetujui diterima di universitas tersebut. List tersebut kemudian diseleksi kembali oleh selecting committe VLIR untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan beasiswa. Bagi yang masuk dalam waiting list jangan berkecil hati, karena tidak jarang penerima beasiswa ada yang mengundurkan diri. Coba juga untuk kontak pihak universitas atau professor, karena biasanya terdapat pula beasiswa dari universitas meski jumlah student penerimanya serta nilai beasiswanya lebih sedikit.

5. Japanese Government (Monbukagakusho) /MEXT scholarship

Banyak beasiswa yang diberikan oleh pemerintah jepang, salah satunya adalah Monbukagakusho. Info lengkap dapat dilihat di http://www.studyjapan.go.jp/en/toj/toj0302e.html atau di http://educationjapan.org/jguide/scholarships.html. Khusus untuk program beasiswa yang satu ini anda tidak diharuskan mampu berbahasa inggris, melainkan anda harus dapat berbahasa jepang dengan baik. Tapi jangan takut anda setelah lolos seleksi akan di kursuskan bahasa jepang selama beberapa bulan sebelum anda kuliah. Salah satu persyaratan beasiswa ini adalah Letter of Acceptance atau surat dari professor di salah satu universitas di jepang keterangan bahwa anda sang professor bersedia menjadi supervisor anda. Untuk mendapatkan surat ini menurut pengalaman saya bukan sesuatu yang mudah.

Langkah awal adalah mencari professor dengan riset yang cocok dengan riset yang kita ingin lakukan. Ini juga tidak mudah, salah satunya karena kebanyakan sitenya berbahasa jepang meski beberapa telah memiliki site english version. Setelah mendapatkan beberapa kandidat professor, kirimkan email perkenalan tentang diri anda dan ketertarikan anda akan riset sang professor. Ada hal yang perlu diingat bahwa professor di jepang tidak seperti di eropa yang bisa langsung to the point. Sehingga perlu proses terlebih dahulu sebelum anda mengungkapkan maksud anda untuk menjadi student dari si professor. Namun tidak semua professor yang kita hubungin via email menjawab langsung, bahkan ada beberapa tidak menjawab. Alangkah baiknya jika dalam mencari professor anda memiliki link atau teman kenal baik dengan professor di jepang. Para professor di Jepang akan lebih senang jika anda direkomendasikan oleh seseorang yang mereka kenal baik. Setelah anda rasakan hubungan anda dengan professor sudah baik, langkah berikutnya adalah membuat sang professor percaya bahwa anda layak untuk di supervise olehnya. Setelah anda mendapatkan LOA dari professor kesempatan anda untuk mendapatkan beasiswa semakin besar.

6. Erasmus Mundus scholarship

Beasiswa ini diberikan oleh European Union (EU) kepada mahasiswa dari Negara non EU untuk melanjutkan studi di Negara-negara eropa. Dengan beasiswa ini anda berksempatan untuk studi di beberapa univeritas di beberapa negara. Untuk aplikasi erasmus mundus anda langsung mengirimkan semua persyaratan ke konsorsium di universitas dimana beasiswa erasmus mundus ditawarkan, namun proses ini terkadang cukup rumit. Tidak ada seleksi wawancara, dan semua proses seleksi didasarkan pada dokumen yang anda kirimkan. Untuk mengetahui keterangan lebih lanjut dapat dilihat di: http://ec.europa.eu/education/programmes/ mundus/projects/index_en.html , atau http://indoem.info/.

Diatas hanya sebagian kecil program beasiswa yang dapat anda lamar. Masih banyak beasiswa yang ditawarkan, dan tidak hanya dari institusi tesebut diatas namun bisa juga dari perusahaan, professor atau dari pihak universitas.

IV. Persiapan Dokumen

Mahasiswai semua dokemen yang diperlukan. Berikut beberapa dokumen yang biasanya disyaratkan:

a. Form aplikasi. Mahasiswai kemudian isi form aplikasi dengan baik dan lengkap. Jika ada yang kurang jelas tanyakan langsung ke sekretariat program beasiswa.

b. Ijazah dan transkrip nilai. Gunakan Ijazah yang telah diterjemahkan dalam bahasa inggris. Jika diperlukan sertakan penjelasan sistem penilaian yang ada di Indonesia.

c. Curriculum Vitae (CV). Buat CV anda terstruktur, lengkap dan seringkas mungkin (Bayangkan betapa bosannya seorang juri jika harus membaca 15 halaman CV anda). Beberapa pemberi beasiswa mensyaratkan bentuk CV tersendiri. Untuk eropa sebaiknya menggunakan standar CV eropa yang bisa anda dapatkan di http://europass.cedefop.europa.eu/europass/home/vernav/Europasss+Documents/Europass+CV/navigate.action.

d. Surat rekomendasi. Biasanya yang diperlukan adalah surat rekomendasi dari profesor anda saat anda kuliah S1 dan rekomendasi dari atasan anda di kantor bagi yang sudah bekerja. Gunakan surat rekomendasi yang asli, masukkan ke dalam amplop (dari universitas atau kantor) yang tertutup (sealed) dan tujukan kepada selecting committee.

e. Motivation Letter atau Statement of Purpose. Tak mudah membuat persyaratan yang sangat krusial ini. Anda bisa browse di internet mengenai contoh-contoh Motivation Letter atau Statement of Purpose. Para selecting committee akan menilai anda dari tulisan yang anda buat sehingga anda harus bisa menjelaskan dengan baik tentang diri anda, kemampuan dan rencana anda kedepan. Secara umum sebuah motivation letter berisi:

a. Latar belakang pendidikan serta pekerjaan anda saat ini.

b. Alasan mengapa anda ingin meneruskan studi ke tingkat master, serta kesesuaian dengan rencana dan karir anda.

c. Alasan mengapa mengambil jurusan/program yang anda lamar. Jelaskan keinginan riset anda dan kalau bisa sertakan nama professor yang akan bekerja sama dengan anda, mata kuliah yang menarik di program tersebut. Perlihatkan bahwa anda mengerti betul dan siap untuk kuliah di tempat tersebut.

d. Kontribusi apa yang dapat anda berikan kepada institusi saat anda bekerja sekarang, universitas yang anda tuju dan negara.

Namun ada beberapa hal yang perlu anda perhatian: word limit, bahasa, serta pastikan seseorang yang anda percaya (professor atau atasan anda) membaca statement anda dan mendapatkan feedback dari mereka.

V. Doa dan tawakal.

Selain anda berusaha, juga doa baik dari anda sendiri maupun dari orang tua, keluarga dan teman adalah faktor yang paling penting. Dan yang paling penting diingat bahwa hasil dari usaha anda adalah hak Allah SWT. Kita hanya diwajibkan untuk berusaha ikhtiar yang terbaik dan diikuti dengan tawakal kepada Nya.

**************************************************************************************

BAGAIMANA HIDUP & SEKOLAH DI BELGIA?

Saya ingin berbagi info bahwa di beberapa universitas di Belgia (U ghent dan U hasselt yg saya tahu) telah menerapkan peraturan baru utk biaya kuliah Program Master.
Bagi student yang berasal dari negara2 berkembang spt indonesia, hanya diwajibkan untuk membayar uang kuliah sebesar 80 euro pertahun untuk program Master.

Di universitas Hasselt, terdapat 3 major international master program:

1. Master of Management

2. Master of Statistics
-Applied Statistics
-Biostatistics
-Bioinformatics

3. Master in Transportation Sciences

Namun hanya Master of Statistics saja dimana berlaku pengurangan tuition fee untuk student dari negara2 berkembang (80 euro/th).

Untuk universitas Gent, pilihan program lebih banyak dan penjelasan tentang tuition fee dapat dilihat di:

http://www.ugent.be/en/teaching/studentadmin/tuition/2008-2009.htm

Untuk daftar master program bisa dilihat di http://www.ugent.be/en

Proses aplikasi utk mendapatkan keringanan biaya tsb mudah saja. Pertama2 kita aplikasi dahulu untuk diterima di program study yg diinginkan dan kemudian setelah diterima ajukan permohonan ke pihak universitas untuk pengurangan biayanya. Untuk di uHasselt, jika kita dari negara2 berkembang akan otomatis diberi keringanan.

KULeuven menawarkan Science@Leuven Scholarship untuk beberapa program master tertentu. Informasi lebih lanjut bisa dilihat di: http://wet.kuleuven.be/english/scienceatleuvenscholarship

Info lain ttg pendidikan di belgia:

Biaya pendidikan di belgia paling murah dibandingkan negara2 di sekitarnya spt belanda dimana untuk program master berkisar 5000 hingga diatas 10.000 euro pertahun. Di belgia, selain biaya murah ( dari mulai 560 euro/thn hingga sekitar 5000euro/ thn, namun rata2 biaya perkuliahan sekitar 1500euro/th), tuition fee utk hampir semua program studi tidak dibedakan bagi student dari luar maupun dari negara2 EU (European Union) .

Terlebih lagi biaya hidup bisa dibilang lebih murah dari negara tetangga belanda.

Berikut rincian living cost di belgia:

* Student room 250 -400 euro utk di brussels, dan diluar brussels : 150-250 euro/bln.

Utk akomodasi diatas hanya utk 1 org student. Bagi yg ingin membawa keluarga tidak diperbolehkan menggunakan student room dan diharuskan menyewa appartement/studio. Untuk sewa apartement (bukan student room) berkisar 350-550 utk 1 sleeping room, blm termasuk biaya lain2. Utk biaya listrik, gas, internet, air, asuransi apartemen minimum 200 euro.

* Makan (masak sendiri) : 250-350 euro.
* Transportasi: Biasanya para student menggunakan sepeda sebagai moda transportasi , namun in case harus pergi dengan bis juga bisa dibilang murah di belgia, abodement utk bis sekitar 25/bln, di beberapa kota spt leuven tuition fee sudah termasuk biaya transportasi dalam kota bagi student, khusus kota hasselt semua public transportation gratis.
* Buku2: 250-400 euro/thn, biasanya buku2 (text book) sudah tersedia di perpustakaan, tinggal course note saja yang harus beli (tips: bisa cari “fosil2” angkatan2 sebelumnya).
* Asuransi kesehatan sekitar 40 euro/ th utk student (sangat murah dibanding kan belanda yg berkisar 50-100 euro/bln).

Keterangan lebih lanjut living cost di hasselt:

http://www.uhasselt.be/english/algemeen/student/costs.asp.

Untuk beasiswa ke belgia sebenarnya banyak peluang meski tidak sebanyak di belanda dimana stuned memberi beasiswa kpd 200 org student indonesia. Berikut beberapa program beasiswa yang diberikan untuk studi di Belgia:

1. Vliruos Scholarship: Beasiswa yang diberikan oleh konsorsium dari 6 universitas di Flemish Region (Region berbahasa belanda). Beasiswa diberikan untuk Training program (ITP) dan Master program (ICP). Karena memang difokuskan untuk student yang berasal dari negara2 afrika, setiap tahun hanya sekitar 5-10 student dari indonesia memperoleh beasiswa ini. Info lebih lanjut bisa dilihat di: http://www.scholarships.vliruos.be/

2. Erasmus mundus sholarship: Jumlah student dari Indonesia yang mendapatkan beasiswa ini lebih banyak dari vlir dan tiap tahun jumlahnya meningkat. Info lebih lanjut:

http://hafidztio.multiply.com/journal/item/68/tips_Erasmus_Mundus_scholarship

atau: http://setiopramono.wordpress.com/2008/12/19/tips-erasmus-mundus-scholarship/

3. CUD scholarship program. Program beasiswa yang diberikan oleh konsorsium universitas2 di daerah walloni (region berbahasa perancis). Belum terlalu banyak student dari Indonesia yang mendapatkan beasiswa ini. Info : http://www.cud.be/content/view/339/208/lang,/

4. Beasiswa dari universitas. Ada beberapa universitas yang menyediakan beasiswa bagi student baik dari eropa maupun luar eropa. namun jumlah penerimanya sedikit. Untuk mengetahui beasiswa ini, hubungin professor dimana anda ingin melanjutkan studi dan mintalah saran dan info tentang kemungkinan untuk memperoleh beasiswa baik dari universitas maupun dari luar universitas.

Berikut ada tambahan informasi ttg beasiswa dari Agung di U Gent:

Univ Ghent juga menyediakan beasiswa untk master tahun kedua. Syarat nya kurang lebih : nilai mata kuliah pada tahun pertama, dan korelasi bidang pekerjaan kita dengan kuliah yg diambil. Beasiswa ini biasanya diikuti oleh mhs2 yg pada tahun pertama berkuliah di Ghent dengan biaya sendiri dan istri/suami mereka telah terlebih dahulu mendapat beasiswa dari VLIR utk berkuliah di Ghent. Besar beasiswa kurang lebih 800 euro. Jatah pertahun adalah 10 orang, dan tahun kemarin kira2 yg mendaftar sebanyak 100 orang.

link: http://www.ugent. be/en/research/ devcooperation/ Mastercall2009. pdf

Untuk lebih jelasnya tetang sistem pendidikan di belgia dapat dilihat di: http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Belgium

Berikut daftar universitas2 di Belgia:

· Catholic University of Louvain

· Katholieke Universiteit Leuven

· University of Hasselt

· Université Libre de Bruxelles

· University of Antwerp

· University of Ghent

· University of Liège

· University of Namur

· Vrije Universiteit Brussel

Untuk mencari part time job disini tidak terlalu mudah, tapi banyak kerja sampingan bagi student, spt bekerja di pabrik, restorant, perkebunan (http://hafidztio.multiply.com/journal/item/51/51) dll. Namun banyak kendala dikarenakan faktor bahasa, mengingat Belgia memiliki 3 bahasa nasional (Netherlands, French, and German). Dan sedikit berbeda dengan di Australia dan UK, untuk istri/suami dari student yang ikut menemani kesini, tidak diperbolehkan untuk bekerja (secara legal..).

Selamat berjuang..!!

Setio Tio Pramono
Interuniversity Institute for Biostatistics and Statistical Bioinformatics
(I-Biostat)
Center for Statistics
Hasselt University
Agoralaan – building D
3590 Diepenbeek
Belgium
Office: D56
Phone: +32-11-268288
Fax: +32-11-268299

http://setiopramono.wordpress.com/



4. It has been a while for me to be an amateur consultant of scholarship. I am puzzled why. Some people asked me tips on getting scholarship for studying overseas, especially Australia. While I am always happy to share whatever I know, deep inside, I still believe that getting a scholarship is a mystery. There is no guarantee that one will get a scholarship no matter how good she/he is. However, there are steps that one can follow; there are requirements that need to be met.

I was one of the Australian Development Scholarship (ADS) grantees in 2004 for a master degree in the University of New South Wales (UNSW). When I applied for the scholarship I was not a special candidate. I had not published anything and I was also a brand-new lecturer at the Department of Geodetic Engneering, Gadjah Mada University. No much experiences to sell. The only thing that I was happy enough with was my TOEFL score which was 567. I remember it was not even an institutional TOEFL, but a TOEFL-like score. Fortunately, TOEFL-like certificate was acceptable at that time. Apart from that, I filled the form properly and considered every single question seriously. Since I knew that my hand-writing is terrible, I printed my answers for each question on separated papers, cut them and then stick them to the forms. This is what people may call “creativity”, which Javanese refer to as ‘grésék’.

I was lucky enough to be granted an ADS, one of the happiest moments in life. On 14 January 2004, I landed in Sydney for the very first time. I was thrilled to see the ‘Kangaroo Island’ that morning and could not wait to start my journey. Most importantly, it was the beginning of my international network development. I am grateful for the warm welcome and support provided by Indonesian senior students. They picked us up and assisted us with almost everything. They even prepared for us accommodation and, later on, helped us opening bank account. I will never forget their kindness. This was a good experience how then I developed my positive perception concerning life as international students in Australia. Being Indonesians is always good, wherever you are.

I did a master by research so that I did not have many classes to attend. I had only three classes and they were finished in the first session. I had a lot of time in the last 1.5 half years to do my research. Apart from my main research concerning maritime boundary delimitation between Indonesia and East Timor, I had enough time to develop my skill in writing. In 2004 I started blogging. I found writing is challenging and also self-rewarding every time I finished one article, regardless of its length and quality. Then I expand this writing hobby into academic area. I began writing academic papers for small forums, conferences or even for my own collection. In 2005 I wrote for the Jakarta Post for the very first time. It was about Ambalat, a phenomenal case between Indonesia and Malaysia concerning energy block dispute in the Sulawesi Sea.

Since then, I have been writing and writing. During my master study, I presented papers in three international conferences in Jakarta, Adelaide and Sydney. I was also given opportunities to assist my supervisor in giving lectures concerning Indonesian maritime issues. I was so excited and did not want to miss the opportunities. Meanwhile, I kept writing for the Jakarta Post and other newspapers in Indonesia such as Kompas, Sinar Harapan, Bali Post, Suara Pembaruan, etc. I tried to be consistent writing in a big topic of ocean affairs and the law of the sea, especially its geospatial/technical aspects.

Apart from academic affairs, I did have fun in Sydney during my study. I enjoyed being involved in social activities such as BBQ with Indonesian and International students. We also organized a regular discussion among Indonesian students concerning hot issues in Indonesia. In addition, working part time was also my passion. I worked as a kitchen hand in a Thai restaurant in Randwick, just like stories I read about Indonesian students studying overseas. I was so excited to be part of the stories. After several months, I changed my ‘career’ to be a pastry cook making tartlets, cakes, pies, you name it. It was so much fun working while studying. Working to me was a refreshing moment while I was stuck with my thesis. In short, I managed to combine studies, organization, and working at the same time. Those all enriched me and completed my experience of studying in Australia.

By the end of my master degree, I realized that I had published around 30 works including conferences, newspaper article, magazines, journals, book chapter, lectures, etc. Honestly, I was surprised with the number. Then I agreed that

when you do something with passion, the result can be better than you expected.

My résumé was beautiful with a complete combination of academic qualification, list of publications, organizational activities and working experience. As I mentioned earlier, I was not a special person. I am just someone with passion to do a lot of things at the same time.

Having returned to Indonesia, I tried to keep my spirit by maintaining contact with my supervisors in Australia. I did not stop researching, writing and publishing and sometimes I wrote papers with them. I started writing my first book in June 2006 concerning International Maritime Boundaries, which is extracted from my thesis. I also presented papers in Kuala Lumpur and Bangkok in 2006, while at the same time I kept writing for newspapers. In my opinion, an academic should write both for scientific and popular media. One should not be happy publishing only in journals or scientific forums because they have limited audience. A broader spectrum of readers should be reached and newspaper is one of the answers. However, writing something serious and heavy using popular language is not easy. I found it is challenging to write about geodetic datum and coordinate accuracy in Kompas and the Jakarta Post, for instances. However, we never know until we try and I did it. One tip to remember:

always associate your difficult/technical topics with popular issues.

Since then, I’ve tried to publish a same topic in at least two different media: one scientific, and one popular. With this strategy, I manage to boost the quantity of my publications and reach broader band of audiences.

A long list of publication is a strong weapon for a scholarship hunter. In 2007 I was granted a United Nations-Nippon Foundation Fellowship to conduct a research in Australia and the United States of America. It was for the first time I officially worked with the University of Wollongong, being a research fellow. I also spent three months in the United Nations Office in New York, US. It was a great experience that I will never forget. Apart from having good experience of conducting research supervised by world-class researchers and being in a superb research environment with an abundance of resources, making good friends with many of the brightest young people from around the globe is really something. Not only did we learn from each other concerning ocean affairs and the law of the sea, but we also better understand and appreciate differences between us.

During the UN-Nippon fellowship, I applied for Australian Leadership Awards (ALA). The strong points of my application, I think, are the acceptance letter from University of Wollongong, a considerably long list of publication, and three strong recommendation letters. I managed to secure recommendations from my two former supervisors (this is another reason to maintain good relationship with them) and my department head in Gadjah Mada University. I was so impressed with their recommendations. I jokingly said to Asti, my wife, “it seems to me that they wrote recommendations for someone else, someone better.”

In September 2007, when I was in a short holiday in Jakarta from my UN-Nippon fellowship in Australia, I was invited for an interview by ALA. I could not imagine if the invitation came to me when I was in Australia or America, the story might have been different. Here, I believe in the power of the ‘Invisible Hand’. I believe also in luck, even though I agree with Thomas Jefferson that

“the harder I work the more luck I seem to have.”

Three interviewers were there in front of me. The essence of the interview, in my opinion, was candidates’ view concerning the definition of leadership and how candidates are involved in leadership in their past, present and future life. To me leadership is an action. To lead is to control and manage ourselves. Therefore, leadership is about self management. I believe that in every each of us, there lay capacity and ability. Leadership is about managing and empowering those for good purpose, not only for you, yourself but also for people in a greater scope.

Concerning my current leadership role, I highlighted my teaching activities and the works that I have published. Leadership, to me is also about spreading your ideas to as many people as possible so they will gain knowledge and finally do something good that you wanted them to do. That is what teaching and publishing are all about. Meanwhile, for my leadership role in the future, I briefly explained my plan concerning research and possibility to give positive influence to government’s policy. My plan to establish a research center and keep publishing regularly was the one I emphasized during the interview.

I was also asked about the most self-rewarding achievement of mine. I mentioned my new-released book: International Maritime Boundaries (in Bahasa Indonesia) and took out a copy from my bag. I then explained the contents of the book and how it relates to my current PhD proposal. I was then asked how ready I am with my PhD topic. The interviewer asked me to demonstrate that I have adequate background in the area as well as having enough preparation to accomplish the research. For the first part, I told them about my master degree in UNSW with a similar research topic. In addition, I informed them my publications concerning the topic and my current fellowship with the United Nations. With regard to preparation, I told them that I have approached relevant institutions in Indonesia that I might need to contact during my research. I also asserted that I had been reading publications in the field from either journals or other publication media.

The next question was how important the topic is for Indonesia. Maritime boundary issues are, undoubtedly, important for Indonesia, being the largest archipelagic state in the world. I also explained that Indonesia has ten neighbors (India, Thailand, Malaysia, Singapore, Vietnam, Philippines, Palau, Papua New Guinea, Australia and Timor Leste) with whom maritime boundaries need to be settled. Not only that, border management will be an issue that requires serious attention in the future.

Another important question was that how I could use my knowledge and expertise to give positive influence to government’s policy. I started answering the question by telling them my scenario. First of all I told them that I have established a new subject concerning boundary delimitation and demarcation in my university in Yogyakarta. This would be a formal channel through which I can disseminate my ideas and pass it to young generation, which in turn, when their time have come, will equip them with knowledge so they can make a difference to government policy. This is a long-term objective. In addition, I will strengthen research and investigation in the relevant field by establishing or being involved in a research center. The most important part is that I will publish more from the research. Furthermore, I told them the possibility for me to be involved in developing government’s policy in the future.

Now, here I am. I am back in Australia, living in a peaceful small city of Wollongong with ALA scholarship. Surprisingly, since 2008, the top four ALA awardees are granted another award: Alison Sudradjat Awards (ASA). The award is to respect Mrs. Alison Sudradjat, an AusAID hero, who tragically died in an airplane crash in Yogyakarta in early 2007. The award provides a top-up of AUD 25,000 to each grantee to expand his/her research and opportunities. I was lucky enough to be one of the ASA grantees and met in person H.E. Stephen Smith, MP, the former Australian Foreign Minister in Canberra in 2009.

I have been doing similar things to what I did during my master studies. While keeping the passion to write and publish, I also work part time. Along with organizing discussion, I enjoyed BBQ and voluntary activities. With my amateur qualification, I have been always happy to share my experience concerning scholarship. For those who are currently fighting for scholarship, let me share Deepak Chopra’s wise words

believe in you, take an action, and tell your stories

Good luck!


5. Nama saya Mochtar Marhum, saya mantan penerima beasiswa ADS (Masters dan PhD). Saya ingin berbagi pengalaman meraih beasiswa. Saya pertama kali mendapat beasiswa waktu studi S1 di UNTAD. Beasiswa saya dapatkan dari Ditjend Dikti disebut beasiswa TID (Tunjangan Ikatan Dinas) pada tahun 1987 – 1991 dan tahun 1992 saya menyelesaikan studi saya dan diangkat menjadi dosen di Jurusan Bahasa dan Seni FKIP UNTAD.

Tahun 1996 saya melamar beasiswa ASTAS (Sekarang ADS AusAID) dan saya diterima kemudian saya melanjutkan studi Masters (S2) tahun 1997 di FLinders University dan selesai Desember 1998. Dalam kondisi yang seperti di Mesir saat itu ketika demo besar-besaran dan jelang kejatuhan Rezim Orde Baru. Walaupun di negaraku pada saat itu lagi krisis dan demo besar-besaran menuntut Soeharto mundur, saya tetap menguatkan semangat dan tekadku untuk bisa menyelsaikan studiku di FLinders Univesity. Namun, harus saya akui bahwa insiden itu juga sempat mengganggu konsentrasi studi saya dan apa lagi saya adalah sosok mahasiswa yang sangat konsen dengan isu-siu kemanusian terutama maslah HAM dan Demokrasi.

Setelah kembali ke tanah air dan mengabdi di Almamater saya dulu, tiga tahun kemudian saya melamar S3 (PhD) dengan beasiswa ADS AusAID dan alhmadulillah saya diterima dan lanjut studi PhD mulai tahun Januari 2001 dan selesai Desember 2005. Saya merasa bangga dan puas karena sejak S1 sampai S3 saya studi dan disponsori oleh beasiswa yang sangat bergengsi dan berharga. Beasiswa TID telah mengantarku meraih tiket jadi dosen di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Beasiwa Tunjangan Ikatan Dinas (TID sponsor Ditjen Dikti Depdiknas). Kemudian Beasiswa ADS telah mengantarku meraih gelar pendidikan tinggi bertaraf internasional yang sangat bergengsi. Terus terang sangat sulit meraih beasiswa dari negara asing tapi kalau kita punya niat dan cita-cita yang tinggi dan sangat mulia saya yakin pasti bisa. Berikut ini beberapa tips penting yang mungkin bisa saya sharing dengan teman-teman agar bisa berhasil meraih beasiswa sponsor funding negara asing dengan hanya satu kali mendaftar seperti yang pernah saya lakukan dulu:

Pertama, lakukan komunikasi yang intens dengan pihak universitas tujuan dan usahakan minta agar anda bisa mendapakan kontak dosen yang bisa anda jadikan potential academic adviser atau supervisor. Kemudian setelah mendapatkannya, anda harus diskusikan dengan calon supervisor anda projek penelitian anda ke depan. Anda harus memilih topik yang lagi ngetrend dan juga diminati oleh calon supervisor anda dan anda sendiri. Kemudian anda harus mampu meyakinkan calon supervisor anda bahwa anda sangat berminat lanjut studi dan yakinkan pada mereka bahwa anda akan mampu menyelesaikan studi anda. Usahakan minta surat referensi atau rekomendasi dari calon suprevisor anda dan isi surat referensi atau rekomendasi itu harus menyatakan bahwa anda mampu meyakinkan pihak pengelola beasiswa. Surat referensi atau rekomendasi itu bisa anda gunakan sebagai persyaratan utama dan sangat mendukung kelulusan anda nanti.

Kedua, anda harus siapkan berkas kelengkapan atau formulir dan sertifikat ILETS atau TOEFL yang memenuhi syarat dan masih valid. Anda harus isi formulir dengan tepat dan benar dan kalau bisa minta bantuan dari teman-teman yang sudah punya pengalaman atau kalau bisa kontak saya dan teman-teman lainnya yang berpengalaman via email atau FB. Juga siapkan Curriculum Vitae yang bagus dan meyakinkan serta lampirannya jika diperlukan. Semua berkas yang anda persiapkan harus lengkap dan diisi dengan benar dan sesuai dengan format yang baku atau semacam gaya selingkung yang sesuai dengan style pemberi beasiswa. Lampirkan rekomendasi atau referensi dari atasan anda dan calon supervisor anda bersama formulir dan CV lengkap anda.Juga lampirkan outline atau summary tentatif proposal projek penelitian anda.

Ketiga, carilah universitas yang anda minati via interenet dan pilihlah bidang studi atau topik penelitian yang anda minati dan seusai dengan background ilmu anda dan background pekerjaan anda.Anda seharusnya memilih 3 universitas yang jadi preferensi tapi pilih salah satu dari tiga sebgai yang anda anggap paling favorit.

Keempat, jika anda lulus shortlisting dan dipanggil wawancara, usahakan anda dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan sangat meyakinkan. Anda harus tunjukkan pada mereka bahwa anda betul-betul serius dan sangat berminat lanjut sekolah di luar negeri. Jangan pernah menggunakan kata-kata yang secara implisit menunjukkan keraguan anda. Kemudian anda juga harus tunjukkan kepada mereka bahwa anda adalah tipe orang yang sangat mandiri dan sangat percaya diri. Anda juga harus berpenampilan yang ceria atau kelihat semangat dan berpotensi maju dan berhasil dalam studi. Anda harus ceritakan secara jujur bahwa anda sudah sering berkomunikasi dengan calon superisor anda dan tunjukkan keseriusan anda.

Mudah-mudahan tips ini bisa bermanfaat khususnya bagi teman-teman yang berminat lanjut studi di luar negeri dengan beasiswa ADS dan sponsor beasiswa lainnya. Silahkan mencobanya dan semoga anda meraih sukses alias gagal diberi gelar GATOT (Gagal Total) karena menjadi orang yang selalu pesimis dan selalu gagal meraih beasiswa. Silahkan coba tips ini semoga sukses!

Salam Edukasi
Mochtar Marhum, PhD
Dosen dan Ketua Prodi
Pascasarjana UNTAD
Email: mochtar_marhum@yahoo.com


6. Saya tertarik untuk bersama-sama saling berbagi kisah perjuangan meraih beasiswa. Tiap orang memang tidak sama, ada yang dengan sangat mudah meraih beasiswa impiannya, namun saya juga sangat yakin begitu banyak orang yang sulit sekali dan belum mampu meraih impiannya ini. Posisi saya adalah diantara itu: saya mampu meraih beasiswa setelah melewati perjuangan yang panjang dan juga melelahkan tentunya. Tapi cerita meraih beasiswa tidak sampai disitu, karena sampai hari ini pun juga masih dalam kerangka perjuangan yang belum tuntas.

Pertama, perkenalkan nama saya Aditya Perdana, biasa dipanggil Adit.
Saat ini saya terdaftar sebagai dosen di FISIP UI dan tengah mengambil
kuliah S3 di Universitas Hamburg Jerman sejak tahun 2010. Saya ingin
berbagi cerita tentang pengalaman meraih beasiswa dimulai setelah
lulus s1 dan nantinya diakhiri dalam posisi hari ini, ketika masih
terus berkutat dengan buku dan komputer setiap saat.

Sejak kuliah sarjana dahulu, memang keinginan saya adalah ingin menginjakkan kaki di negeri orang kembali, setelah pernah merasa beberapa hari di Korsel pada masa SMA dahulu. itu pun juga gratis karena menang lomba menulis. Maka, di akhir kuliah s1, sekitar tahun 2003, saya dan teman-teman mencoba menggagas untuk mencari kesempatan ”berjalan-jalan” ke luar negeri dalam konteks ilmiah. Alhamdulillah kami bisa ke Jerman waktu itu dalam kurun 10 hari. Sejak saat itu, saya meyakinkan niat untuk melanjutkan sekolah di luar negeri, tidak hanya ke Jerman pilihannya.

Lulus kuliah S1, saya mencoba berbagai beasiswa ADS, Chevenning, Monbusho ataupun beasiswa Korea.Alhasil nihil. Karena saya sadar memiliki pengetahuan dan kemampuan bahasa Inggris pas-pasan sehingga kegagalan lebih banyak disebabkan alasan itu. Rasa iri melihaat satu per satu teman-teman pergi ke luar untuk belajar itu ada. Hanya saja
saya simpan itu karena saya harus memutuskan untuk menikah. Meski sudah menikah, keinginan sekolah lagi tidak terpendam, bahkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan sekolah di UI saya terima, karena saya harus berhitung banyak hal tentang masa depan saya dan keluarga. Bahkan ketika sekolah S2 pun saya tetap berusaha mendaftar dan mendaftar, tapi tidak ada yang menerima.

Lulus kuliah S2 pun saya lanjutkan untuk berpikir terus untuk bagaimana caranya agar bisa kuliah di negeri orang. Kali ini saya merasa harus benar-benar serius karena saya yakin dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan serta ide riset yang ingin saya tawarkan pasti ada yang tertarik. Ya, saya coba lagi, mendaftar dan mencari berpuluh-puluh professor via internet dari berbagai belahan negara: Jepang, Australia, Jerman, ataupun ke Hungaria. Alhasil, setidaknya ada tiga atau empat professor tertarik dengan ide riset saya dan bersedia untuk menjadi supervisor saya. Tapi ini belum selesai. Karena mendapat rekomendasi dari professor yang bersangkutan belum seratus persen Anda akan dengan mudah melangkah ke luar negeri, maka menangkan kompetisi beasiswanya.

Sambil mendaftar beasiswa ADS untuk ke Australia dan juga DAAD untuk ke Jerman, saya mulai serius untuk kursus bahasa Inggris lagi. Konsekuensinya adalah waktu, uang dan tenaga yang dikorbankan. Dan hasil bekal kursus itulah saya pakai untuk mendaftar kedua beasiswa itu. Oh ya, saya pun juga mendaftar ke beasiswa DIKTI karena status saya dosen untuk ke Jerman.

Pada tahun 2009, manakala saya mendaftar itu, saya berkata pada hati nurani dan saya sampaikan kepada istri, tahun depan saya akan berangkat,entah ke Australia atau Jerman. Menjelang akhir tahun 2009, terbukti. Tiga beasiswa, ADS, DAAD dan DIKTI, memanggil saya untuk wawancara secara intensif. Setelah wawancara, saya yakin bahwa salah
satu akan tembus, meski saya awalnya sangat berharap minimal bisa dapat beasiswa DIKTI. Alhamdulillah, saya mendapat yang DAAD untuk mengantarkan saya kuliah di Jerman.

Awal tahun 2010, saya mulai disibukkan berbagai rencana yang harus disiapkan menjelang keberangkatan bulan Juni. Salah satu persiapan yang berat adalah meninggalkan istri yang sedang hamil, dan diprediksi ketika saya pergi, maka saya tidak bisa menemaninya. Yup, itu benar, anak kedua kami lahir ketika saya sudah 2 minggu di Jerman. Berat memang, harus meninggalkan itu semua.

Kini saya sudah menetap di Jerman hampir 8 bulan. Ketika ada yang bertanya tentang pengalaman mencari beasiswa saya, inilah cerita sesungguhnya yang tidak mudah dan penuh perjuangan tak kenal lelah. Tapi bagi saya, tinggal dan study di Jerman ini juga baru awal yang menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah, manakala harus dihadapkan dengan alam yang berbeda dan kultur yang tentu tidak sama.

Sebagai penutup, saya hanya ingin memberi tips buat teman-teman yang masih terus berjuang dengan pencarian beasiswanya.

Pertama, Anda harus yakin akan niat itu, never give up. Yakinkan bahwa satu waktu itu akan datang.

Kedua, pelajari secara rinci apa yang diinginkan oleh beasiswa sehingga kita bisa mencari celah itu.

Semoga kita sukses untuk apa yang kita cita-citakan dan tentunya bagi negara kita.

Bagi yang berminat untuk tanya dan diskusi lebih lanjut bisa kontak
di:
email: adperd@yahoo.com
fb: aditya perdana


7. Sekolah gratis ke luar negeri, tinggal di negara lain yang berbeda adat dan budayanya dengan kita, berkenalan dengan orang dari berbagai bangsa, bahasa dan status sosial, serta mempelajari hal-hal baru dalam hidup keseharian adalah empat hal dari berbagai manfaat dan keuntungan yang kita peroleh jika kita mendapatkan beasiswa ke luar negeri.
Sebagian orang yang lain merasakan bahwa hidup di negeri yang jauh dari negara kita, membuat patriotismenya muncul atau meningkat. Sebagian yang lain merasa menjadi lebih arif dan bijak dalam menyikapi berbagai persoalan hidup, menjadi lebih dewasa dan menjadi lebih realistis.

Memang, tak perlu pergi ke luar negeri untuk menjadi orang yang berbeda dan lebih baik, tetapi sebagian orang memerlukan kesempatan tersebut untuk berubah. Memang, tinggal tergantung bagaimana kita menyikapi hidup kita. Tetapi, jika ada kesempatan untuk mendapatkan satu atau sekian manfaat dari mendapatkan beasiswa, mengapa tidak?
Hanya saja, keinginan-keinginan indah itu seringkali terkendala oleh sebuah pertanyaan mendasar, “bagaimana memulainya?” Karena itu, saya ingin berbagi pengalaman menjadi “pemburu beasiswa” selama tiga tahun sebelum akhirnya saya benar-benar mendapatkan beasiswa dan sekolah ke luar negeri.

Nama lengkap saya Arba’iyah Satriani, tetapi biasa dipanggil Aan. Saya menikah setahun sebelum berangkat ke Brisbane Australia untuk sekolah S2. Suami saya menemani saya belajar di sana. Sambil belajar, Allah SWT mengaruniai saya seorang anak yang lahir di Brisbane. Kini saya menetap di Bandung dan sementara saya memposting tulisan ini, saya sedang berada di Singapura untuk mengikuti program fellowship selama tiga bulan. Saat ini saya masih bekerja sebagai wartawan lepas (freelance).

Kala itu, keinginan untuk sekolah ke luar negeri sudah muncul, tetapi tak tahu bagaimana memulainya..bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan beasiswa seperti orang-orang lain. Lalu, datanglah saya ke sebuah pameran pendidikan luar negeri. Dari sanalah semuanya dimulai…

Mendatangi pameran pendidikan luar negeri menjadi sebuah motivasi bagi saya sekaligus sumber informasi yang penting, sebab di sana saya mendapatkan informasi yang saya perlukan.Mulai dari persyaratan untuk masuk universitas (termasuk skor bahasa inggris, biayanya, jurusan yang tersedia) hingga informasi kota dan negara tempat universitas itu berada. Intinya, semakin banyak kita bertanya, semakin banyak informasi yang kita peroleh.

Dari informasi di pameran pendidikan itu,saya kemudian tahu bahwa kita perlu meningkatkan kemampuan berbahasa inggris kita dulu, mencari beasiswa untuk membiayai sekolah kita – sebab saya tak punya uang untuk biaya tersebut – dan lebih menggali jurusan-jurusan yang saya minati. Langkah selanjutnya, adalah mencari tempat kursus bahasa
inggris yang memadai. Saya katakan memadai, sebab tak melulu harus yang mahal – kalau mahal, saya pun tak punya banyak uang untuk itu.

Sebenarnya, tak perlu pergi ke tempat kursus bahasa inggris untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggris kita. Belajar sendiri pun bisa, dengan berbagai cara. Masalahnya, saya bukan tipe orang yang bisa belajar sendiri…saya perlu motivasi dan teman untuk belajar.
Jadilah saya ambil kursus. Tentu saja ini membutuhkan “pengorbanan” sebab saya harus menyisihkan waktu buat belajar, yang tadinya nggak pernah belajar. Saya juga menyisihkan biaya untuk kursus, yang tadinya bisa digunakan untuk keperluan. Tapi itu memang harga yang mesti dibayar kan?

Sambil kursus, saya mulai berselancar lebih aktif di dunia maya, mencari informasi beasiswa. Jika ada yang menarik, saya coba kontak ke pihak universitas atau pihak pemberi beasiswa. Tapi seringkali, informasi di websites yang disediakan sudah memadai. Keuntungan lain dari mengambil kursus adalah saya bertemu dengan orang-orang lain yang bermimpi sama dengan saya, pergi ke luar negeri untuk sekolah dengan beasiswa. Jadi kami bisa share informasi dan sekaligus share semangat…

Setelah kunjungan pertama di pameran pendidikan luar negeri, setelah itu saya menjadi pengunjung setiap pameran pendidikan di kota saya. Demi mendapatkan informasi terbaru mengenai beasiswa dan universitas-universitas di luar negeri. Saya menjadi salah seorang pemburu beasiswa (scholarships hunter) yang bikin orang lain geleng-geleng kepala karena “keukueh” ingin mendapatkan beasiswa.

Tiga tahun menjadi seorang scholarshiphunter, alhamdulillah kesempatan itu datang…Saya mendapatkan beasiswa ADS dan mengambil kuliah S2 di Griffith University. Belum selesai kuliah itu, saya mendaftar kembali untuk program fellowships di Singapura selama tiga bulan, dan saya diterima. Jadi selesai kuliah S2, saya balik ke Bandung sekitar tujuh minggu, dan kemudian berangkat lagi ke Singapura.

Jadi (juga), langkah pertama itu diiikuti oleh langkah-langkah berikutnya. Tak ada hal yang tak mungkin.. jika kita mau mencoba dan terus berusaha sambil tak lupa berdoa senantiasa.

Selamat berjuang!




8. Berikut saya lampirkan cerita motivasi dari saya. Perkenalkan saya Rifki Furqan, salah satu penerima beasiswa DAAD tahun 2009. Saat ini sedang kuliah di program Water and Coastal Management Double Degree Master Program di Oldenburg University and Groningen University. Sedikit tentang saya, berasal dari Aceh dan merupakan lulusan dari Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta (DIV-Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Perairan). Pada Agustus 2009 dinyatakan lulus dan mendapat beasiswa dari DAAD Jerman bekerjasama dengan Pemda Aceh, dan akhirnya mulai kuliah Oktober lalu. Account Facebook saya: Rifki Furqan. Senang sekali bisa berbagi motivasi, semoga bermanfaat!

Tulisan ini aku persembahkan khusus untuk orang-orang yg ku kenal sangat berdedikasi terhadap cita-cita dan mimpinya. Orang-orang yang memiliki kemampuan melebihi apa yang dia sangka, mereka terkadang sangat bersemangat untuk tujuan dan arah hidupnya, tapi sekali waktu kehilangan pegangan dan motivasi untuk melanjutkan perjuangannya. Mereka, yang aku paling tau adalah keinginannya untuk terus menjadi lebih baik, itulah yang menginspirasiku hingga aku mencapai titik hidup seperti yang kurasakan sekarang. Terima kasih, tanpa mereka, mungkin aku belum bisa menulis seperti ini. Karena mereka, aku pun terus berjanji pada diriku sendiri, untuk terus bersyukur terhadap apa yang telah aku dapatkan sekarang, dan terus berjuang sekuat tenaga akan apapun yang masih aku impikan.

Mari kita berbicara tentang pencapaian hidup, kawan. Bagiku pribadi, seorang cerdas harus memiliki target dan tujuan dalam hidupnya, mungkin sangat identik dengan yang namanya prinsip. Aku ingin sedikit bercerita kawan, bagaimana Allah sang Maha Kuasa telah menuntun dan memberikanku kesempatan secepat ini untuk aku menikmati tanggung jawab akan permohonanku tentang salah satu pencapaian penting dalam hidupku, beasiswa!

Kata beasiswa bagiku seperti sebuah anugrah dan penghargaan, sesuatu yang membuatku yakin memilihnya dibandingkan sebuah kesempatan mendapatkan gaji tetap seumur hidup, dulu. Beasiswa adalah sebuah pembuktian bahwa kita ada, bahwa kita pasti bisa jika kita mau bersungguh-sungguh. Jangan sekalipun meragukan kebesaran kuasa Allah, jangan pernah kawan!

Aku, dulu sebelum masuk ke salah satu perguruan tinggi kedinasan miliki negara itu, melihat laut saja takut. Namun lihatlah foto-foto underwater-ku 3 tahun belakangan ini. Aku bisa berguling di dalam laut kawan. Begitulah Allah menyadarkanku bahwa ketika kita sudah mengambil keputusan, maju terus, perbaiki, jangan berhenti dan mengeluh. Semua yang terjadi kepada kita akan berakhir dengan kebaikan, jika itu belum mendatangkan kebaikan bagi kita, artinya hal itu belumlah berakhir!

Aku, yang selama semester-semester di sekolah tinggi ibukota itu sekalipun tidak pernah di posisi teratas, tetap berbaik sangka, bahwa ini belum berakhir, aku bisa buktikan kemudian, bahwa aku adalah salah seorang yang terbaik di sekolah itu. Beasiswa menjadi resolusiku, bukan posisi nyaman dengan jadwal kerja mingguan jam 08-16an. Bukan, aku ingin buktikan kepada Ibuku terutama, bahwa anaknya ini, yang selalu ada di dalam do’a-do’a panjangnya, selalu ingin membuatnya bersyukur memilikiku. Pembuktian ini juga terlebih untuk diriku sendiri dan lingkungan pertemananku. Jika kita ingin diakui, maka harus ada bukti, pengakuan dari sesuatu. Bukan sebuah kesombongan dan keangkuhan jika kita berbicara tentang ambisi dan mimpi-mimpi kawan, bukan! Karena setelah kita melafadzkan ambisi dan mimpi-mimpi itu, pekerjaan berat tak berujung kita selanjutnya adalah ikhtiar dan do’a sekuat mungkin, sampai batas hati kita menjadi lemah dan memilih untuk kalah.

Beberapa teman dan kenalan dalam 2 bulan terakhir yang sempat bertemu kata denganku dalam dunia maya ini, banyak yang mengucapkan selamat dan keinginannya untuk juga ikut ke Eropa, seperti beberapa foto yang kupublish di profile-ku ini. Terimakasih kawan, syukur tak henti aku ucapkan karena aku bertemu dan berkawan dengan kalian semua. Aku sadar, mungkin mereka tidak tau benar bagaimana perjalananku hingga sampai tahap ini. Tidak mudah kawan, aku menyebutnya sebagai mukjizat do’a ibu, kombinasi mimpi yang berani diucapkan, dituliskan dan dikerjakan, serta kemurah-hatian Tuhan Semesta Alam, Allah swt.

Perjalananku hingga titik ini sempat kupublish dibeberapa tulisanku sebelumnya. Aku berharap itu bisa menjadi cambuk semangat bagi rekan-rekan sekalian. Intinya, setiap pencapaian adalah hasil dari berbagai kombinasi baik yang dilakukan dengan keyakinan akan kuasa Tuhan. Pencapaian kita sekarang adalah juga akibat dari do’a dan sujud panjang orang tua kita. Tanpa ridho mereka tak kan mungkin kita bisa seperti ini kawan.

Juga diri sendiri, keyakinan terhadap kemampuan diri, kekuatan untuk terus menyemangati dan berdamai dengan diri, keseriusan dan kedisiplinan usaha, adalah kombinasi kunci pencapaian mimpi. Aku pribadi, ketika dulu selesai mendapat motivasi, nekat untuk menuliskan mimpiku di buku catatan kecil yang sering kubawa. Sederhana saja logikanya, agar kita ingat dan punya tanggung jawab. Rangsangan lain bisa kita dapat dari bacaan, obrolan, atau bahkan sentilan-sentilan meremehkan yang dapat memacu keberanian kita menantangnya.

Sejak bertemu dengan seorang kakak kelas yang baru pulang dari England, aku mulai bermimpi untuk sekolah ke luar negeri. Setelah itu tema bacaanku selalu tentang beasiswa, karena aku sadar, tak mungkin sekolah dengan biaya orang tua lagi, justru kita harus membuktikan kepada orang tua bahwa kita bisa dan pantas mendapatkan beasiswa. Novel bersetting Eropa habis kubaca, setiap aku tamat membacanya, sejenak aku menutup mata, berharap dejavu kisah itu akan kualami suatu saat nanti. Eropa yang kurasakan baru sebentar, telah mengajarkan banyak hal tanpa melalui kata. Keteraturannya mengajarkan kita untuk konsisten, keterbukaan dan kebebasannya mengajarkan kita untuk terus berfikir kreatif dan inovatif, budaya tua yang dijaga dan dihargai juga mengajarkan kita untuk tidak saling meremehkan dan menjatuhkan, justru untuk saling mendukung dan bangkit bersamaan. Udara dinginnya mendatangkan kesejukan pada hati-hati tropis kita yang emosian. Individualitasnya mengingatkan kita akan penghargaan terhadap diri sendiri sebagai makhluk sempurna dengan kombinasi sempurna, akal dan nafsu ciptaan Tuhan.

Banyak cara untuk menjaga semangat kawan. Dalam Sang Pemimpi kita lihat dinding kamar kost Ikal tertempel peta dunia, khususnya Eropa. Sekarang di kamarku tepat di atas meja, kutempel besar-besar peta Deutschland, tanah central Eropa yang udaranya sedang kuhirup sekarang. Menulis seperti ini juga sebagai salah satu alternatif untuk kita terus berada dalam zona semangat. Teringat juga salah satu percakapan Ikal danArai, bahwa anak-anak miskin seperti mereka, jika tak punya mimpi dan semangat maka tidaklah berarti apa-apa. Kita juga seperti itu kawan, tetaplah semangat..

Huffh, sudah hampir tengah malam waktu Eropa ketika aku menulis ini kawan, mungkin beberapa dari kalian di tanah air sana masih nyaman tertidur lelap, lebih beruntung yang bersujud berdo’a dalam hening agar mimpi dan usahanya dimudahkan Sang Pencipta, atau mungkin juga masih begadang sehabis menonton bola. Aku juga baru selesai nonton Champion kawan, beruntung untuk minimal 2 musim kedepan aku tak perlu begadang untuk menikmatinya. Saranku cuma satu kawan, jika kau ingin membuktikan pencapaian dan mimpimu, apapun itu, kejar, lakukan dengan serius dan sepehun hati. Usaha keras sampai batas maksimal, mohon do’a dari orang tua, dan cari jalan menuju kesana. Aku beri contoh kawan, jika kau ingin mendapatkan beasiswa, paling tidak mulai sekarang jangan alergi dengan belajar bahasa, bergabung dengan maillist beasiswa, dan berkawan dengan orang-orang luar biasa yang murah hatinya,lalu isi mimpi itu dengan prestasi.

Mulai dari mimpi, lalu ikuti dengan usaha dan do’a tiada henti.

Semoga bermanfaat, kawan!

Germany, 31.01.2011, 11.57 ECT

Rifki Furqan
DAAD-Aceh Scholarship of Excellence
DAAD Code Number: A/09/73184
Water and Coastal Management Master Student
Carl von Ossietzky Universitaet Oldenburg

9. Sejak kecil aku selalu punya mimpi yang paling hebat: melihat dunia luar. Beranjak masuk SMP aku semakin yakin kalau mimpi itu bisa diwujudkan dengan punya nilai-nilai bagus dan punya dukungan dari orang tua dan guru-guru. Jadi mulailah aku kembangkan mimpi itu, sampai-sampai kalau ditanya orang negeri apa yang akan aku kunjungi pertama kali maka aku akan menjawab dengan manis: Jepang dan UK. Nah aku pasti langsung kebingungan ketika ditanyakan apa alasanku untuk
mengunjungi kedua negara tersebut. Aku cuma bisa bilang begini: Mau pegang salju (ga make sense bangets ya?). Dan aku pun mulai tergila-gila dengan bahasa Inggris yang awalnya sama sekali tidak aku sukai.

Masuk SMU maka aku mulai punya tujuan ke luar negeri: jalan-jalan dan belajar budaya asing. Masih belum terbayang di dalam pikiranku apakah aku bisa segera ke sana. Masalah terbesar adalah orang tuaku sangat strict untuk alasan keluar rumah kecuali untuk sekolah. Tetapi aku selalu berharap agar peraturan papaku akan segera berubah ketika aku masuk PTN. Malangnya, peraturan tersebut semakin ketat, malah aku terancam untuk ke Medan dan keliling Aceh. Sejujurnya, Banda Aceh pun aku tak tahu semua seluk-beluknya. Tetapi dengan bangga selalu menjawab dengan “aku ini orang Banda Aceh asli lho“. Singkat cerita aku semakin yakin kalau aku yang tidak pintar ini bisa ke luar negeri dengan gampang. Aku selalu berpartipasi dalam English club, program pertukaran pemuda (walaupun selalu gatot: gagal total) dan berlangganan majalah yang berbahasa Inggris. Aku tetap percaya diri
kalau aku memang bisa (maksa banget ya?) walaupun belum ada tanda-tanda bahwa mimpi itu akan bisa terwujud.

Bukti-bukti itu muncul tak lama setelah tsunami 2004, aku terlibat sebagai volunteer di RS Pemerintah di Banda Aceh. Dengan bermodalkan beberapa pasang pakaian layak (aku jatuh miskin karena seisi rumahku dipinjam oleh tsunami) yang diberikan oleh temanku maka aku pun melangkah ke RS tersebut dengan niat menolong korban tsunami yang nasibnya jauh lebih tidak seberuntung aku. Jobdesku menerjemahkan dari English ke Indonesia dan Acehnese. Awalnya sempat kagok karena bahasa Acehku sedikit kurang gaul dibandingkan dengan pasien-pasien pasca
operasi tersebut. Tetapi aku selalu berusaha memberikan yang terbaik alias pede ajah. Ketika itu teman-teman mahasiswa keperawatan UNSYIAH diminta tolong oleh pendidik-pendidik kami untuk membantu para tentara
Australia, UK dan New Zealand yang sedang bertugas di RS tersebut. Semua tentara yang merangkap sebagai tim medis itu sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia, apalagi bahasa Aceh. Selama kami bertugas di RS tersebut aku semakin menyadari bahwa bahasa Inggris aku sudah lumayan dan masih harus diasah agar semakin tajam dan semua orang
asing bisa mengerti apa maksudku.

Kuliah pun dimulai lagi pada Februari 2005. Walaupun aku dan keluargaku harus mengungsi selama 10 bulan dan mengulang kembali proposal skripsi dan yang berujung akan tamat tidak sesuai dengan target, toh aku tetap positive thinking : semua akan ada hikmahnya. Aku selalu yakin dan percaya bahwa Allah tidak segan-segan menolong hambanya kapanpun dan di mana pun.

Mimpi itu hilang timbul ketika aku berada di penghujung bangku kuliah. Aku hanya punya cita-cita membahagiakan orang tuaku dengan cara selalu bersama dengan mereka (walaupun aku tidak suka duduk di rumah). Nah, setelah selesai program profesi aku Alhamdulillah diterima bekerja sebagai staff kontrak di program studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Unsyiah. Maka aku kembali ingat mimpi yang sempat hilang dari pikiranku tersebut. Aku mulai melamar segala macam beasiswa yang aku tahu dan yang kira-kira aku bisa memenuhi syaratnya. Berikut ini kronologisnya:

1. Beasiswa dari pemeritah UK untuk staff pengajar UNSYIAH dan IAIN
Ar-Raniry Banda Aceh —-_ hasil akhir: gagal
2. Ford Foundation —_ hasil: langsung gagal di seleksi pertama
3. Fulbright tsunami relief program —-_ hasil awal: gagal
4. STUNED —-_ hasil awal: langsung gagal
5. Pemda Aceh —–_ hasil akhir: gagal

Setelah berpartipasi dalam trial and error semua beasiswa di atas aku langsung menyerah. Saat itu aku berpikir bahwa aku memang tidak bisa mewujudkan mimpi masa kecilku itu maka aku mulai mencintai pekerjaanku. Sampai ketika aku membongkar-bongkar berkas yang aku bawa pulang dari pelatihan IELTS di Surabaya, aku ingat kalau aku pernah
dibagikan formulir untuk beasiswa ADS. Maka aku pun tak mau ketinggalan untuk berpartisipasi dengan mengirimkan berkasku di akhir deadline.

And here I am in Flinders university, Adelaide, Australia. I just wanna share this story that dreams can be achieved if you live them in your heart and mind.

It is not a big deal if you fail but the most important thing is you still keep them alive.

And we never know whose
wishing (for you) and which wishing (for you as well) that God listens
to.

So, just live your dreams and wait them to be come true ^______^

27th January 2011
5/20 Kelvin Rd, Bedford Park, South Australia 5042

10. Berbicara mengenai mendapatkan beasiswa bisa dikatakan jatuh bangun juga. Saya termasuk kurang percaya dengan yg namanya kesuksesan yg dibangun tanpa adanya kerja keras. Hanya saja mungkin ‘keras’ disini ada pada level yang berbeda-beda. Ada yg usahanya sangat keras, keras sedang atau ya keras saja. Pastinya saya yakin semua orang bisa mendapatkan beasiswa.

Baiklah ada beberapa hal dalam sukses tembus beasiswa: cari informasinya, siapkan prasyaratnya, isi dan kirim. Simple.

Tapi tentu saja tidak sesimple itu. Ingat kita bersaing dengan banyak kandidat yang tentunya punya IQ dan EQ diatas rata-rata. Tapi ingat juga orang pintar belum tentu beruntung, jadi jangan berkecil hati. Ingat juga tiap usaha ada biayanya misalnya biaya fotokopi, biaya browsing internet, biaya tes IELTS/TOEFL, biaya kirim dsb. Anggap saja investasi dan jangan pelit. Bayangkan beasiswa yg kita terima itu besar.Misalnya dua tahun sekolah di ostrali kira-kira menghabiskan dana 700 jutaan. Hitunganya begini, sekolah saya per semesternya AUD$ 9,000, biaya hidup AUD$ 1,750 per bulan, biaya buku AUD$ 300 per semester, asuransi kesehatan AUD$ 1,000. Kalikan selama 2 tahun dan kalikan dengan kurs anggap saja 1 AUD$ = Rp 8,500. Itu untuk biaya sekolah dan biaya hidup, belum kalau berkesempatan bisa ikut konfrensi internasional, memperluas jaringan atau mendapatkan part time job, wah lebih banyak lagi. Jadi untuk mendapatkan itu, investasi 2-3 juta juga tidak jelek kan.

1. Cari informasi

Cari informasi beasiswa misalnya gabung milis-milis beasiswa, join group beasiswa di situs-situs pertemanan macam facebook, cek surat kabar karena biasanya ada iklannya di surat kabar, cek situ-situs beasiswa, googling, rajin-rajin nengok international office yang ada di kampus atau juga di tempat-tempat kursusan bahasa macam IALF, YPIA, Goethe. Ini tergantung juga maunya yg full sekolah, model short course, ato model yg ikut seminar. Menurut pengalaman. Saya gabung milis. Saya ikutan group beasiswa si/s2 luar negeri di facebook. Saya cek situs beasiswa favorit macam ADS, APA, ALA untuk yang ke Australia; neso, eramus mundus untuk yang ke Eropa; dan AMINEF untuk yang mau ke Amerika dan DIKTI untuk yang mau kemana saja. Dalam situs-situs tersebut juga ada banyak pilihan mulai beasiswa penuh, sandwich program sampai short course. Jadi kalau ada waktu coba mampir.

Nah kadang kita suka sibuk juga dan ngecek situs-situs ini gak cukup 2-3 menit. Jadi alokasikan saja waktunya. Misalnya seminggu sekali selama 30 menit. Jadi minggu ini ngecek yanag Australia, minggu berikutnya ngecek yang Eropa, minggu lainnya yang Amerika.

Jangan lupa siapakan buku catatan khusus. Catat jenis beasiswanya, alamat situsnya, kapan duedate nya, apa prasyaratnya. Jadi tidak sekedar browsing tapi juga dicatat. Gak mau kan kerja dua kali. Kalau sudah, bikin roasternya, tempel di tempat yg gampang diliat. Misalnya dekat kaca, pintu lemari atau pintu kulkas. Kalau dekat meja belajar kok kayaknya saya malas, karena sudah terlalu banyak tempelan kerjaan juga.

2. Baca dan siapkan prasyarat beasiswanya

Setelah dapat yg anda inginkan. Hal selanjutnya baca dengan serius persyarat-persayaratnya. Ini penting soalnya tahap awal beasiswa adalah urusan administrasi. Sekali ada syarat yg gak lengkap, petugas sortir akan membuang aplikasi anda, lha wong yg daftar buuuuuuuuuuuuuuuaaaaanyyyyakkk, ya tho? Jadi jangan remehkan urusan administrasi ini. Secanggih apa pengalaman anda kalau aplikasinya gak lengkap ya kemungkinan tersingkir juga.

Syarat yang paling umum adalah IPK, score IELTS/TOEFL, surat rekomendasi, motivation letter dan CV. Kalau IPK dan score TOEFL/IELT ini tentu saja harga mati. Anda harus benar-benar berusaha mencapai nilai minimum yg diminta. Kalau dua lainnya yaitu rekomendasi dan CV masih bisa dipoles sana-sini.

IPK anda mepet dengan syarat minimum misalnya diminta IPK minimal 3,00 dan anda ternyata pas 3,00. Jgn berkecil hati. Kirim saja. Ingat seleksi pertama adalah syarat administrasi. Saya yakin anda lolos. Untuk seleksi berikutnya kita poles CV nya hihihi…

Mengenai score IELTS/TOEFL jangan pernah remehkan. Perhatikan apa yg diminta, TOEFL institusi atau internasional. Kalau bisa dipilih mending anda mencari yg institusi karena biayanya lebih murah. Berdasar pengalaman tes ini tidak cukup sekali. Jadi kalaupun diminta yg internasional, gak ada salahnya mencoba yg institusi dulu untuk mengurangi rasa gugup. Ingat bahasa inggris bukan bahasa ibu kita jadi sedikit banyak akan gugup. Apalagi saya yang seumur-umur belum pernah ikut kursus bahasa inggris, wah kalau berbicara mengnai grammar ya susah juga. Maklum selama ini saya belajarnya otodidak dari banyak baca literature bahasa inggris dan ngobrol pakai bahasa inggris. Percayalah itu tidak cukup, kalau punya duit sisakan untuk kursus. Kalau tidak punya duit kayak saya, mau tidak mau harus belajar. Buka buku-buku latihan IELTS/TOEFL. Pelajari dan latih. Gak punya duit buat beli bukunya? Gabung di perpustakaan kursus bahasa macam IALF, sebagai anggota perpus anda bisa meminjam buku-buku tersebut dan bisa menggunakan fasilitas lainnya macam latihan listening.

Untuk rekomendasi biasanya diminta dari dosen dan pimpinan. Kalau dosen biasanya lebih mudah apalagi dosen pembimbing kita. Datang ke kampus dan sertakan copy IPK beres. Kecuali anda termasuk mahasiswa yg terkenang sepanjang masa, ukuran dosen memberikan rekomendasi adalah melihat IPK anda. Bagaimana kalau anda belum bekerja otomatis belum punya pimpinan kan. Nah caranya anda gabung dengan LSM. Biasanya mereka terbuka sekali dengan orang-orang yg bersifat voluntary alias sukarela. Gabung aja salah satu programnya kemudian dekati project directornya untuk ngasi rekomendasi. Atau juga terlibat dengan media-media kampus kemudian minta rekomendasinya. O ya jangan lupa slalu siapkan template karena terkadang orang-orang yg anda mintai rekomendasi adalah orang-orang sibuk dan kadang lemah juga bahasa inggrisnya so siap-siap saja dengan templatenya. Biasanya akan dimodifikasi. Kalau mereka punya template sendiri ya syukur Alhamdulillah, ya tho?? Intinya jangan lupa menawari. Satu lagi untuk urusan meminta rekomendasi jangan sampai malu. Mungkin sudah lama anda gak sambang kampus atau sudah lama anda mengangur. Itu bukan alasan untuk malu. Tiap dosen senang membantu mahasiswanya. Penganggur saya yakin anda tidak selalu menganggur kan. Kerjaan-kerjaan lepas ada bobotnya sendiri. Kemas itu menjadi luar biasa di essay anda dan pas interview nanti.

Diminta surat keterangan dokter ya usahakan dipenuhi. Ada satu cerita, ketika saya mendaftar beasiswa dari pemerintah India, disebutkan salah satu syaratnya sehat dan sudah divaksin macam cacar. Wah saya harus cari surat doketer tersebut. Inilah gunanya koneksi.

Terakhir adalah CV. CV harus menarik. Perlu diperhatikan, apa yg anda tulis di CV sesuaikan dgn kebutuhan beasiswanya. Tidak semua pengalaman dan prestasi anda ditulis di CV misalnya juara menyanyi sekelurahan, gak ada hubungannya kecuali yg anda apply adalah beasiswa budaya. Untuk hal-hal yg gak ada hubungannya tersebut disimpan saja dan bisa dipakai sebagai bahan waktu interview. Misalnya begini untuk menunjukkan anda yg adaptable dan senang berteman anda bisa bilang saja saya senang tergabung dengan kelompok-kelompok kegiatan tertentu, di kampung saya punya kelompok angklung yg menang di tingkat kecamatan. Sebagai perwakilan negara saya, saya juga akan mengenalkan budaya Indonesia yang kaya kepada teman-teman internasional saya nantinya bla…bla..bla…Jadi dalam interview tidak semuanya mengenai hal-hal yg akademik. Nanti saya ceritakan di bagian lain.

3. Interview

Sebelum interview ada baiknya lakukan PR anda. Cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai universitas anda dan kota dimana anda tinggal nantinya. Ini penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya akademik dan non akademik. Yang ditanyakan dalam interview sejatinya ada tiga macam yaitu alasan anda memilih, hal-hal yang sifatnya akademik dan hal-hal yang sifatnya non akademik. Alasan memilih semacam mengapa anda memilih beasiswa ini, mengapa anda mimilih negara tersebut, universitas mana yang dipilih, kenapa itu bukan yang lain, mengapa mereka harus memilih anda, apa kelebihan anda. Intinya seberapa siap anda dan seberapa visible langkah-langkah yang akan anda lakukan.

Sedikit tips. Pada saat interview saya menyebutkan professor di uni yang saya tuju dan betapa expertise beliau sesuai dengan proposal riset saya. Saya juga membawa tulisan-tulisan saya dalam jurnal-jurnal akademik. Hal ini membantu sekali karena meskipun saya apply master untuk coursework, penginterview mengejar saya mengenai rencana-rencana saya dan riset akhir saya. Jadi selalu well prepare kapanpun hihihi…

4. Yang terakhir tentu saja doa, saya merasa keberhasilan saya tembus beasiswa semata-mata karena doa orang tua saya hihihi…

Demikian saja karena saya rasa tulisan ini sudah terlalu panjang. Kalau ada pertanyaan bisa japri atau melalui group ini. Tetap semangat dan optimis.

http://motivasibeasiswa.org/

2 komentar:

  1. I like your website content and thanks for share this post with us i really love it

    Nec DTerm phones- inlinecom

    BalasHapus
  2. I LIKE IT thank u very much for the information

    BalasHapus

tentang akuh

Foto saya
zara maiza najla adalah sebuah yang artinya seorang puteri yang cerdas dan bermata indah terbuka....